*KULTUM MALAM KETIGA BELAS*
ِ بسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. وَ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى الْمَبْعُوْثِ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَ َأصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ.
Malam ini kita telah sampai kepada Kultum Ramadhan Ketiga belas tentang keimanan selama bulan Ramadhan, sekaligus pada malam Ketiga belas pula. Semoga Allah senantiasa mengabulkan puasa dan amal ibadah lain kita semua. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan do’a.
Saudara-saudara! Pembicaraan kita kali ini, In Syaa Allah mengupas hadits Rasulullh ﷺ dari Ibnu Abbas ra berkata:
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم أَجْوَدَ النَّاسِ ، وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُوْنُ فِيْ رَمَضَانَ حِيْنَ يَلْقَاهُ جِبْرِيْلُ وَكَانَ جِبْرِيْلُ يَلْقَاهُ فِيْ كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ فَلَرَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم حِيْنَ يَلْقَاهُ جِبْرِيْلُ أَجْوَدُ بِالْخَيْرِ مِنَ الرِّيْحِ الْمُرْسَلَةِ(رواه البخاري و مسلم في صحيحيهما)
_*“Rasulullah ﷺ adalah orang yang paling pemurah. Lebih pemurah lagi ketika Jibril menemui beliau di bulan Ramadhan. Jibril menemui beliau setiap malam di bulan Ramadhan, lalu bertadarus Al Quran dengan beliau. Sungguh Rasulullah ﷺ ketika ditemui Jibril lebih cepat pemurah memberikan sesuatu, melebihi kencangnya angin lepas”*_.
(HR. Bukhari dan Muslim)
_Tak ada seorang dermawanpun melebihi kedermawanan Rasulullah ﷺ dan tak seorangpun lebih pemurah dari pada Rasulullah ﷺ ._ Di antara kemurahan dan kedermawanan beliau, seperti yang diriwayatkan Anas bin Malik ra:
مَا سُئِلَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم عَلَى اْلإِسْلاَمِ إِلاَّ أَعْطَاهُ. وَلَقَدْ جَاءَهُ رَجُلٌ فَأَعْطَاهُ غَنَمًا بَيْنَ جَبَلَيْنِ فَرَجَعَ إِلَى قَوْمِهِ فَقَالَ: يَاقَوْمِ أَسْلِمُوْا فَإِنَّ مُحَمَّدًا يُعْطِيْ عَطَاءَ مَنْ لاَيَخْشَى اْلفَقْرَ الحديث . (رواه مسلم )
_*“Tidaklah Rasulullah ﷺ diminta sesuatu atas dasar Islam, melainkan beliau memberinya*. Pernah beliau didatangi seorang laki-laki. _Lalu beliau memberinya selembah kawanan kambing antara dua gunung._ *Kemudian orang itu pulang menemui kaumnya berkata:* _“Hai kaumku! Islamlah kalian. Sesungguhnya Muhammad memberikan apa saja, seperti pemberian orang yang tidak takut jatuh miskin”._
(HR. Muslim)
وأخرج البخاري في صحيحه أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم أَعْطَى يَوْمَ حُنَيْنٍ اْلأَقْرَعَ بْنَ حَابِسٍ مِائَةً مِنَ اْلإِبِلِ وَأَعْطَى عُيَيْنَةَ بْنَ حِصْنٍ مِثْلَ ذَلِكَ
Bukhari meriwayatkan hadits di dalam Shahihnya, _bahwa Rasulullah ﷺ memberi Al Aqra’ bin Habis ra seratus ekor unta di Hunayn, dan memberi Uyaynah bin Hishn ra sebanyak itu pula._
*_Perlu disadari, walaupun Nabi ﷺ di waktu itu sudah begitu pemurah dan dermawan, maka di bulan Ramadhan masih lebih pemurah dan lebih dermawan lagi. Mengapa demikian?_* *Jawabnya ada beberapa hal, antara lain:*
_Bulan Ramadhan bulan ibadah, bulan men-dekatkan diri kepada Allah dan bulan dilipat-gandakan-Nya amal kebajikan._ Begitulah di-tegaskan Nabi ﷺ dalam hadits Salman ra yang lalu pada Kultum Malam Kedua:
مَنْ تَقَرَّبَ فِيْهِ بِخَصْلَةٍ مِنَ اْلخَيْرِكَانَ كَمَنْ أَدَّى فَرِيْضَةً فِيْمَاسِوَاهُ . وَمَنْ أَدَّى فَرِيْضَةً فِيْهِ كَانَ كَمَنْ أَدَّى سَبْعِيْنَ فَرِيْضَةً فِيْمَا سِوَاهُ.
_“Barangsiapa melakukan suatu kebajikan pada bulan itu, nilainya seperti melakukan ibadah fardhu di lainnya._
_*Dan siapa melakukan suatu perbuatan fardhu di bulan itu, maka nilainya seperti melakukan tujuh puluh kali perbuatan fardhu di lainnya”.*_
_Karena itu di bulan Ramadhan disebut bulan berlipatgandanya semua amal kebajikan._
_*Di bulan Ramadhan Allah lebih bermurah hati kepada para hamba-Nya ampunan dosa-dosa dan pelepasn dari api neraka. Hamba yang bermurah hati di bulan Ramadhan, merupakan emplemintasi pengucuran kemurahan dan kedermawanan Allah terhadap para hamba-Nya, dengan balasan sesuai jenis amal yang dilakukan hamba*_. Usamah bin Zayd ra meriwayatkan hadits Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّمَا يَرْحَمُ اللهُ مِنْ عِبَادِهِ الرُّحَمَاءَ (رواه البخاري ومسلم)
_“Sesungguhnya Allah hanya menyayangi orang-orang penyayang di antara para hamba-Nya”._ (HR. Bukhari dan Muslim)
_Mendermakan harta di bulan Ramadhan dapat membantu meringankan beban orang-orang yang berpuasa untuk berbakti kepada Allah, baik untuk berpuasa atau amal ibadah lainnya. Barangsiapa membantu seorang muslim melakukan suatu ibadah, maka dia memdapatkan pahala sebanyak pahala yang dilakukan._
Zayd bin Khalid Al Juhani ra meriwayatkan hadits Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ جَهَّزَ غَازِيًا فِيْ سَبِيْلِ اللهِ فَقَدْ غَزَا وَمَنْ خَلَّفَ غَازِيًا فِيْ أَهْلِهِ بِخَيْرٍ فَقَدْ غَزَا
(رواه البخاري ومسلم وأبوداود والترمذي والنسائي)
_“Barangsiapa melengkapi perlengkapan seorang perajurit di jalan Allah, maka dia benar-benar seperti yang telah berperang juga. Barangsiapa menjaga keluarga seorang perajurit dengan baik, maka dia benar-benar seperti yang telah berperang juga”_.
(HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi dan Nasaai)
_Islam sangat menganjurkan orang Islam agar banyak berderma. Lebih-lebih di bulan Ramadhan yang sarat kebajikan dan iman, yaitu bulan training taqwa dan ihsan membentuk mental gemar berderma di jalan Allah. Maka setelah itu terciptalah design jiwa muslim dermawan dan ringan tangan, suka membantu orang lain, utama sekali melalui zakat yang dikeluarkan bulan Ramadhan sehingga pahalanya berlipat ganda. Setiap muslim amat teliti dan cermat memperhitungkan dan mengeluarkan zakat wajib dengan sempurna sesuai ketentuan Allah swt, tak berkurang sedikitpun. Sebab, zakat merupakan kewajiban setiap orang kaya dengan ketentuan-ketentuan tertentu. Kalau tidak, maka berarti telah mempersiapkan diri untuk mendapatkan hukuman Allah swt, dan mencampakkan hartanya ke dalam bencana dan musibah besar._
Begitulah firman Allah swt:
وَالَّذِيْنَ يَكْنِزُوْنَ الذَّهَبَ وَالْفِضَّةَ وَلاَ يُنْفِقُوْنَهَا فِيْ سَبِيْلِ اللهِ فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ أَلِيْمٍ. يَوْمَ يُحْمَى عَلَيْهَا فِيْ نَارِجَهَنَّمَ فَتُكْوَى بِهَاجِبَاهُهُمْ وَجُنُوْبُهُمْ وَظُهُوْرُهُمْ، هَذَا مَا كَنَزْتُمْ ِلأَنْفُسِكُمْ فَذُوْقُوْا مَا كُنْتُمْ تَكْنِزُوْنَ .(التوبة : 34 – 35 )
_“Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beri-tahukanlah kepada mereka, bahwa mereka akan mendapat siksa yang pedih. Pada hari dipanaskan emas dan perak itu dalam neraka Jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka, lalu dikatakan kepada mereka: Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu._ (QS.At Taubah, 9: 34-35)
وَلاَ يَحْسَبَنَّ الَّذِيْنَ يَبْخَلُوْنَ بِمَا آتَاهُمُ اللهُ مِنْ فَضْلِهِ هُوَ خَيْرًا لَهُمْ بَلْ هُوَ شَرٌّ لَهُمْ ، سَيُطَوَّقُوْنَ مَا بَخِلُوْا بِهِ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ . َوِللهِ مِيْرَاثُ السّمَوَاتِ وَاْلأَرْضِ، وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ . (آل عمران: 180)
_“Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan yang ada di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”._
(QS. Ali Imran, 3: 180).
_Harta merupakan anugerah Allah, diberikan kepada hamba-Nya agar sebagian kecil dari harta itu diinfakkan untuk membersihkan kebakhilan dari dalam jiwanya. Maka harta itu menjadi subur dan berkembang penuh barokah. Kalau tidak, Allah mengancam dengan hukum-an dicabut-Nya nimat dan barokahnya. Begitulah di-tegaskan Allah di dalam Al Qur’an tentang para pemilik kebun yang tidak suka memberikan sebagian peng-hasilan kebunnya yang wajib diberikan kepada fakir miskin._
اِنَّا بَلَوْنَاهُمْ كَمَا بَلَوْنَا أَصْحَابَ الْجَنَّةِ اِذْ أَقْسَمُوْا لَيَصْرِمُنَّهَا مُصْبِحِيْنَ. وَلاَ يَسْتَثْنُوْنَ. فَطَافَ عَلَيْهَا طَائِفٌ مِنْ رَبِّكَ وَهُمْ نَائِمُوْنَ. فَأَصْبَحَتْ كَالصَّرِيْمِ. فَتَنَادَوْا مُصْبِحِيْنَ. أَنِ اغْدُوْا عَلَى حَرْثِكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَارِمِيْنَ. فَانْطَلَقُوْا وَهُمْ يَتَخَافَتُوْنَ. أَنْ لاَيَدْخُلَنَّهَا الْيَوْمَ عَلَيْكُمْ مِسْكِيْنٌ. وَغَدَوْا عَلَى حَرْدٍ قَادِرِيْنَ. فَلَمَّا رَأَوْهَا قَالُوْا إِنَّا لَضَالُّوْنَ. بَلْ نَحْنُ مَحْرُوْمُوْنَ. قَالَ أَوْسَطُهُمْ أَلَمْ أَقُلْ لَكُمْ لَوْلاَ تُسَبِّحُوْنَ. قَالُوْا سُبْحَانَ رَبِّنَا إِنَّاكُنَّا ظَالِمِيْنَ. فَأَقْبَلَ بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ يَتَلاَوَمُوْنَ. قَالُوْا يَا وَيْلَنَا إِنَّا كُنَّا طَاغِيْنَ. عَسَى رَبُّنَا أَنْ يُبْدِلَنَا خَيْرًا مِنْهَا إِنَّا إِلَى رَبِّنَا رَاغِبُوْنَ. كَذَلِكَ اْلعَذَابُ. وَلَعَذَابُ اْلآخِرَةِ أَكْبَرُلَوْكَانُوْا يَعْلَمُوْنَ . ( القلم : 17 – 33 )
_“Sesungguhnya Kami telah menguji mereka (kaum musyrikin Makkah) sebagaimana Kami telah menguji pemilik-pemilik kebun, ketika mereka bersumpah bahwa mereka sungguh-sungguh akan memetik hasilnya di pagi hari. Dan mereka tidak mengucapkan In Syaa Allah -. Lalu kebun itu diliputi malapetaka yang datang dari Tuhanmu ketika mereka sedang tidur. Maka jadilah kebun itu hitam seperti malam yang gelap gulita. Lalu mereka panggil memanggil di pagi hari: Pergilah di waktu pagi ini ke kebunmu jika kamu hendak memetik buahnya. Maka pergilah mereka saling berbisik-bisikan: Pada hari ini janganlah ada seorang miskin pun masuk ke dalam kebunmu. Dan berangkatlah mereka di pagi hari dengan niat menghalangi orang-orang miskin, pada hal mampu menolongnya. Tetkala mereka melihat kebun itu, mereka berkata: Sesungguhnya kita benar-benar tersesat jalan. Bahkan kita dihalangi untuk memperoleh hasilnya. Berkatalah seorang yang paling baik pikirannya di antara mereka: Bukankah aku telah mengatakan kepadamu, hendaklah bertasbih kepada Tuhanmu?. Mereka mengucapkan: Maha Suci Tuhan kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zhalim. Lalu sebagian mereka menghadapi sebagian yang lain seraya cela mencela. Mereka berkata: Aduhai celaka kita; sesungguhnya kita ini adalah orang-orang yang melampaui batas. Mudah-mudahan Tuhan kita memberikan ganti kepada kita dengan kebun yang lebih baik dari pada itu; sesungguhnya kita mengharapkan ampunan dari Tuhan kita.Seperti itulah azab dunia. Dan sesungguhnya azab akhirat lebih besar jika mereka mengetahui”._ (QS. Al Qalam, 68: 17 33)
Demikianlah akibat bakhil terhadap kewajiban zakat yang telah diwajibkan oleh Allah swt. Mereka tidak suka membersihkan diri dari sifat bakhil dan melindungi harta mereka dari bencana. Al Hasan meriwayatkan hadits bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
حَصِّنُوْا أَمْوَالَكُمْ بِالزَّكَاةِ . وَدَاوَوْا مَرْضَاكُمْ بِالصَّدَقَةِ . وَاسْتَقْبِلُوْا أَمْوَاجَ الْبَلاَءِ بِالدُّعَاءِ وَالتَّضَرُّعِ . (رواه أبو داود في المراسيل، ورواه الطبراني والبيهقي وغيرهم عن جماعة من الصحابة مرفوعا متصلا. قال المنذري: والمرسل أشبه)
_“Lindungilah hartamu dengan zakat. Obatilah orang-orang yang sakit di antara kamu dengan sedekah. Dan hadapilah gelombang ujian itu dengan do’a dan rendah hati kepada Allah”_.
(HR. Abu Dawud dalam Al Marasil. HR. Thabrani, Bayhaqi dan lainnya dari sekelompok jamaah shahabat dengan sanad Marfu, Muttashil.
Kata Al Mundziri: Sanad ini lebih mendekati Mursal).
Azab di akhirat lain lagi bagi orang yang bakhil mengeluarkan zakat. Abu Hurayrah ra meriwayatkan hadits Nabi ﷺ bersabda:
مَا مِنْ صَاحِبِ ذَهَبٍ وَلاَ فِضَّةٍ لاَيُؤَدِّيْ مِنْهَا حَقَّهَا إِلاَّ إِذَا كَانَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ صُفِّحَتْ لَهُ صَفَايِحَ مِنْ نَارٍ فَأُحْمِيَ عَلَيْهَا فِيْ نَارِ جَهَنَّمَ فَيُكْوَى بِهَا جَنْبُهُ وَجَبِيْنُهُ وَظَهْرُهُ . كُلَّمَا بَرَدَتْ أُعِيْدَتْ لَهُ فِيْ يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِيْنَ أَلْفَ سَنَةٍ حَتَّى يُقْضَى بَيْنَ الْعِبَادِ فَيَرَى سَبِيْلَهُ إِمَّا إِلَى الْجَنَّةِ وَإِمَّا إِلَى النَّارِ . قِيْلَ: يَارَسُوْلَ اللهِ، فَاْلإِبِلُ؟ قَالَ: وَلاَ صَاحِبُ إِبِلٍ لاَيُؤَدِّيْ مِنْهَا حَقَّهَا ، وَمِنْ حَقِّهَا حَلَبُهَا يَوْمَ وِرْدِهَا ، إِلاَّ إِذَا كَانَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بُطِحَ لَهَا بِقَاعٍ قَرْقَرٍ أَوْفَرَ مَا كَانَتْ وَلاَ يَفْقِدُ مِنْهَا فَصِيْلاً وَاحِدًا تَطَؤُهُ بِأَخْفَافِهَا وَتَعَضُّهُ بِأَفْوَاهِهَا ، كُلَّمَا مَرَّ عَلَيْهِ أُوْلاَهَا رُدَّ عَلَيْهِ أُخْرَاهَا فِيْ يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِيْنَ أَلْفَ سَنَةٍ حَتَّى يُقْضَى بَيْنَ الْعِبَادِ فَيَرَى سَبِيْلَهُ إِمَّا إِلَى الْجَنَّةِ وَإِمَّا إِلَى النَّارِ. قِيْلَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ فَالْبَقَرُ وَالْغَنَمُ؟ قَالَ: وَلاَ صَاحِبُ بَقَرٍ وَلاَ غَنَمٍ لاَيُؤَدِّيْ مِنْهَا حَقَّهَا إِلاَّ إِذَا كَانَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بُطِحَ لَهَا بِقَاعٍ قَرْقَرٍ أَوْفَرَ مَا كَانَتْ لاَيَفْقِدُ مِنْهَا شَيْئًا لَيْسَ مِنْهَا عَقْصَاءُ وَلاَ جَلْحَاءُ وَلاَ عَضْبَاءُ تَنْطَحُهُ بِقُرُوْنِهَا وَتَطَؤُهُ بِأَظْلاَفِهَا. كُلَّمَا مَرَّ عَلَيْهِ أُوْلاَهَا رُدَّ عَلَيْهِ أُخْرَاهَا فِيْ يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِيْنَ أَلْفَ سَنَةٍ . حَتَّى يُقْضَى بَيْنَ الْعِبَادِ فَيَرَى سَبِيْلَهُ إِمَّا إِلَى الْجَنَّةِ وَإِمَّا إِلَى النَّارِ . (رواه البخاري و مسلم )
_“Tiadalah pemilik emas dan perak yang tidak mengeluarkan kewajiban (zakat)nya, melainkan di hari kiamat kelak emas dan perak itu dihamparkan menjadi beberapa hamparan api untuk dia, lalu dipanaskan di dalam api neraka Jahannam. Kemudian disetrikakan kepada lambung, kening dan punggungnya. Setelah dingin, diulang kembali seperti sebelumnya. Demikian itu berjalan setiap hari, yang ketika itu, lama satu hari berbanding lima puluh ribu tahun (di dunia). Setelah para hamba diadili, terlihatlah jalannya, apakah dia ke surga atau ke neraka. Selanjutnya beliau ditanya: Hai Rasulullah! Bagaimana dengan pemilik unta? Beliau menjawab: Demikian pula pemilik unta yang tidak mengeluarkan kewajiban (zakat)nya. Antara lain, memerahkan air susunya untuk orang di dekat perairan. Orang itu di hari kiamat kelak benar-benar ditelungkupkan di padang luas, terpenuhi oleh semua untanya, tak ketinggalan satu ekor anak untapun di sana. Semua akan menginjaki dan menggigit orang itu secara bergantian dari unta pertama sampai unta terakhir sepanjang hari, yang ketika itu lama satu hari berbanding lima puluh ribu tahun (di dunia). Setelah para hamba diadili, terlihatlah jalannya, apakah dia ke surga atau ke neraka. Selanjutnya beliau ditanya: Hai Rasulullah! Bagaimana dengan pemilik sapi dan kambing? Beliau menjawab: Demikian pula pemilik sapi dan kambing yang tidak mengeluarkan kewajiban (zakat)nya. Orang itu di hari kiamat kelak benar-benar ditelungkupkan di padang luas terpenuhi oleh semua sapi dan kambingnya, tak ketinggalan satu ekorpun di sana. Baik yang bertanduk lekuk, atau yang tidak bertanduk atau yang patah tanduk sekalipun. Semua akan menanduki dan menginjaki orang itu secara bergantian dari yang pertama sampai yang terakhir sepanjang hari, yang ketika itu lama satu hari berbanding lima puluh ribu tahun (di dunia). Setelah para hamba diadili, terlihatlah jalannya, apakah dia ke surga atau ke neraka”_. (HR. Bukhari dan Muslim)
وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَى خَاتَمِ أَنْبِيَائِهِ وَرُسُلِهِ سَيِّدنَِا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَالْحَمْدُ ِللهِ رَب العالمين.
Oleh : KH. AHMAD SJINQITHY DJAMALUDIN
ِ بسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. وَ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى الْمَبْعُوْثِ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَ َأصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ.
Malam ini kita telah sampai kepada Kultum Ramadhan Ketiga belas tentang keimanan selama bulan Ramadhan, sekaligus pada malam Ketiga belas pula. Semoga Allah senantiasa mengabulkan puasa dan amal ibadah lain kita semua. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan do’a.
Saudara-saudara! Pembicaraan kita kali ini, In Syaa Allah mengupas hadits Rasulullh ﷺ dari Ibnu Abbas ra berkata:
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم أَجْوَدَ النَّاسِ ، وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُوْنُ فِيْ رَمَضَانَ حِيْنَ يَلْقَاهُ جِبْرِيْلُ وَكَانَ جِبْرِيْلُ يَلْقَاهُ فِيْ كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ فَلَرَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم حِيْنَ يَلْقَاهُ جِبْرِيْلُ أَجْوَدُ بِالْخَيْرِ مِنَ الرِّيْحِ الْمُرْسَلَةِ(رواه البخاري و مسلم في صحيحيهما)
_*“Rasulullah ﷺ adalah orang yang paling pemurah. Lebih pemurah lagi ketika Jibril menemui beliau di bulan Ramadhan. Jibril menemui beliau setiap malam di bulan Ramadhan, lalu bertadarus Al Quran dengan beliau. Sungguh Rasulullah ﷺ ketika ditemui Jibril lebih cepat pemurah memberikan sesuatu, melebihi kencangnya angin lepas”*_.
(HR. Bukhari dan Muslim)
_Tak ada seorang dermawanpun melebihi kedermawanan Rasulullah ﷺ dan tak seorangpun lebih pemurah dari pada Rasulullah ﷺ ._ Di antara kemurahan dan kedermawanan beliau, seperti yang diriwayatkan Anas bin Malik ra:
مَا سُئِلَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم عَلَى اْلإِسْلاَمِ إِلاَّ أَعْطَاهُ. وَلَقَدْ جَاءَهُ رَجُلٌ فَأَعْطَاهُ غَنَمًا بَيْنَ جَبَلَيْنِ فَرَجَعَ إِلَى قَوْمِهِ فَقَالَ: يَاقَوْمِ أَسْلِمُوْا فَإِنَّ مُحَمَّدًا يُعْطِيْ عَطَاءَ مَنْ لاَيَخْشَى اْلفَقْرَ الحديث . (رواه مسلم )
_*“Tidaklah Rasulullah ﷺ diminta sesuatu atas dasar Islam, melainkan beliau memberinya*. Pernah beliau didatangi seorang laki-laki. _Lalu beliau memberinya selembah kawanan kambing antara dua gunung._ *Kemudian orang itu pulang menemui kaumnya berkata:* _“Hai kaumku! Islamlah kalian. Sesungguhnya Muhammad memberikan apa saja, seperti pemberian orang yang tidak takut jatuh miskin”._
(HR. Muslim)
وأخرج البخاري في صحيحه أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم أَعْطَى يَوْمَ حُنَيْنٍ اْلأَقْرَعَ بْنَ حَابِسٍ مِائَةً مِنَ اْلإِبِلِ وَأَعْطَى عُيَيْنَةَ بْنَ حِصْنٍ مِثْلَ ذَلِكَ
Bukhari meriwayatkan hadits di dalam Shahihnya, _bahwa Rasulullah ﷺ memberi Al Aqra’ bin Habis ra seratus ekor unta di Hunayn, dan memberi Uyaynah bin Hishn ra sebanyak itu pula._
*_Perlu disadari, walaupun Nabi ﷺ di waktu itu sudah begitu pemurah dan dermawan, maka di bulan Ramadhan masih lebih pemurah dan lebih dermawan lagi. Mengapa demikian?_* *Jawabnya ada beberapa hal, antara lain:*
_Bulan Ramadhan bulan ibadah, bulan men-dekatkan diri kepada Allah dan bulan dilipat-gandakan-Nya amal kebajikan._ Begitulah di-tegaskan Nabi ﷺ dalam hadits Salman ra yang lalu pada Kultum Malam Kedua:
مَنْ تَقَرَّبَ فِيْهِ بِخَصْلَةٍ مِنَ اْلخَيْرِكَانَ كَمَنْ أَدَّى فَرِيْضَةً فِيْمَاسِوَاهُ . وَمَنْ أَدَّى فَرِيْضَةً فِيْهِ كَانَ كَمَنْ أَدَّى سَبْعِيْنَ فَرِيْضَةً فِيْمَا سِوَاهُ.
_“Barangsiapa melakukan suatu kebajikan pada bulan itu, nilainya seperti melakukan ibadah fardhu di lainnya._
_*Dan siapa melakukan suatu perbuatan fardhu di bulan itu, maka nilainya seperti melakukan tujuh puluh kali perbuatan fardhu di lainnya”.*_
_Karena itu di bulan Ramadhan disebut bulan berlipatgandanya semua amal kebajikan._
_*Di bulan Ramadhan Allah lebih bermurah hati kepada para hamba-Nya ampunan dosa-dosa dan pelepasn dari api neraka. Hamba yang bermurah hati di bulan Ramadhan, merupakan emplemintasi pengucuran kemurahan dan kedermawanan Allah terhadap para hamba-Nya, dengan balasan sesuai jenis amal yang dilakukan hamba*_. Usamah bin Zayd ra meriwayatkan hadits Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّمَا يَرْحَمُ اللهُ مِنْ عِبَادِهِ الرُّحَمَاءَ (رواه البخاري ومسلم)
_“Sesungguhnya Allah hanya menyayangi orang-orang penyayang di antara para hamba-Nya”._ (HR. Bukhari dan Muslim)
_Mendermakan harta di bulan Ramadhan dapat membantu meringankan beban orang-orang yang berpuasa untuk berbakti kepada Allah, baik untuk berpuasa atau amal ibadah lainnya. Barangsiapa membantu seorang muslim melakukan suatu ibadah, maka dia memdapatkan pahala sebanyak pahala yang dilakukan._
Zayd bin Khalid Al Juhani ra meriwayatkan hadits Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ جَهَّزَ غَازِيًا فِيْ سَبِيْلِ اللهِ فَقَدْ غَزَا وَمَنْ خَلَّفَ غَازِيًا فِيْ أَهْلِهِ بِخَيْرٍ فَقَدْ غَزَا
(رواه البخاري ومسلم وأبوداود والترمذي والنسائي)
_“Barangsiapa melengkapi perlengkapan seorang perajurit di jalan Allah, maka dia benar-benar seperti yang telah berperang juga. Barangsiapa menjaga keluarga seorang perajurit dengan baik, maka dia benar-benar seperti yang telah berperang juga”_.
(HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi dan Nasaai)
_Islam sangat menganjurkan orang Islam agar banyak berderma. Lebih-lebih di bulan Ramadhan yang sarat kebajikan dan iman, yaitu bulan training taqwa dan ihsan membentuk mental gemar berderma di jalan Allah. Maka setelah itu terciptalah design jiwa muslim dermawan dan ringan tangan, suka membantu orang lain, utama sekali melalui zakat yang dikeluarkan bulan Ramadhan sehingga pahalanya berlipat ganda. Setiap muslim amat teliti dan cermat memperhitungkan dan mengeluarkan zakat wajib dengan sempurna sesuai ketentuan Allah swt, tak berkurang sedikitpun. Sebab, zakat merupakan kewajiban setiap orang kaya dengan ketentuan-ketentuan tertentu. Kalau tidak, maka berarti telah mempersiapkan diri untuk mendapatkan hukuman Allah swt, dan mencampakkan hartanya ke dalam bencana dan musibah besar._
Begitulah firman Allah swt:
وَالَّذِيْنَ يَكْنِزُوْنَ الذَّهَبَ وَالْفِضَّةَ وَلاَ يُنْفِقُوْنَهَا فِيْ سَبِيْلِ اللهِ فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ أَلِيْمٍ. يَوْمَ يُحْمَى عَلَيْهَا فِيْ نَارِجَهَنَّمَ فَتُكْوَى بِهَاجِبَاهُهُمْ وَجُنُوْبُهُمْ وَظُهُوْرُهُمْ، هَذَا مَا كَنَزْتُمْ ِلأَنْفُسِكُمْ فَذُوْقُوْا مَا كُنْتُمْ تَكْنِزُوْنَ .(التوبة : 34 – 35 )
_“Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beri-tahukanlah kepada mereka, bahwa mereka akan mendapat siksa yang pedih. Pada hari dipanaskan emas dan perak itu dalam neraka Jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka, lalu dikatakan kepada mereka: Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu._ (QS.At Taubah, 9: 34-35)
وَلاَ يَحْسَبَنَّ الَّذِيْنَ يَبْخَلُوْنَ بِمَا آتَاهُمُ اللهُ مِنْ فَضْلِهِ هُوَ خَيْرًا لَهُمْ بَلْ هُوَ شَرٌّ لَهُمْ ، سَيُطَوَّقُوْنَ مَا بَخِلُوْا بِهِ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ . َوِللهِ مِيْرَاثُ السّمَوَاتِ وَاْلأَرْضِ، وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ . (آل عمران: 180)
_“Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan yang ada di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”._
(QS. Ali Imran, 3: 180).
_Harta merupakan anugerah Allah, diberikan kepada hamba-Nya agar sebagian kecil dari harta itu diinfakkan untuk membersihkan kebakhilan dari dalam jiwanya. Maka harta itu menjadi subur dan berkembang penuh barokah. Kalau tidak, Allah mengancam dengan hukum-an dicabut-Nya nimat dan barokahnya. Begitulah di-tegaskan Allah di dalam Al Qur’an tentang para pemilik kebun yang tidak suka memberikan sebagian peng-hasilan kebunnya yang wajib diberikan kepada fakir miskin._
اِنَّا بَلَوْنَاهُمْ كَمَا بَلَوْنَا أَصْحَابَ الْجَنَّةِ اِذْ أَقْسَمُوْا لَيَصْرِمُنَّهَا مُصْبِحِيْنَ. وَلاَ يَسْتَثْنُوْنَ. فَطَافَ عَلَيْهَا طَائِفٌ مِنْ رَبِّكَ وَهُمْ نَائِمُوْنَ. فَأَصْبَحَتْ كَالصَّرِيْمِ. فَتَنَادَوْا مُصْبِحِيْنَ. أَنِ اغْدُوْا عَلَى حَرْثِكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَارِمِيْنَ. فَانْطَلَقُوْا وَهُمْ يَتَخَافَتُوْنَ. أَنْ لاَيَدْخُلَنَّهَا الْيَوْمَ عَلَيْكُمْ مِسْكِيْنٌ. وَغَدَوْا عَلَى حَرْدٍ قَادِرِيْنَ. فَلَمَّا رَأَوْهَا قَالُوْا إِنَّا لَضَالُّوْنَ. بَلْ نَحْنُ مَحْرُوْمُوْنَ. قَالَ أَوْسَطُهُمْ أَلَمْ أَقُلْ لَكُمْ لَوْلاَ تُسَبِّحُوْنَ. قَالُوْا سُبْحَانَ رَبِّنَا إِنَّاكُنَّا ظَالِمِيْنَ. فَأَقْبَلَ بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ يَتَلاَوَمُوْنَ. قَالُوْا يَا وَيْلَنَا إِنَّا كُنَّا طَاغِيْنَ. عَسَى رَبُّنَا أَنْ يُبْدِلَنَا خَيْرًا مِنْهَا إِنَّا إِلَى رَبِّنَا رَاغِبُوْنَ. كَذَلِكَ اْلعَذَابُ. وَلَعَذَابُ اْلآخِرَةِ أَكْبَرُلَوْكَانُوْا يَعْلَمُوْنَ . ( القلم : 17 – 33 )
_“Sesungguhnya Kami telah menguji mereka (kaum musyrikin Makkah) sebagaimana Kami telah menguji pemilik-pemilik kebun, ketika mereka bersumpah bahwa mereka sungguh-sungguh akan memetik hasilnya di pagi hari. Dan mereka tidak mengucapkan In Syaa Allah -. Lalu kebun itu diliputi malapetaka yang datang dari Tuhanmu ketika mereka sedang tidur. Maka jadilah kebun itu hitam seperti malam yang gelap gulita. Lalu mereka panggil memanggil di pagi hari: Pergilah di waktu pagi ini ke kebunmu jika kamu hendak memetik buahnya. Maka pergilah mereka saling berbisik-bisikan: Pada hari ini janganlah ada seorang miskin pun masuk ke dalam kebunmu. Dan berangkatlah mereka di pagi hari dengan niat menghalangi orang-orang miskin, pada hal mampu menolongnya. Tetkala mereka melihat kebun itu, mereka berkata: Sesungguhnya kita benar-benar tersesat jalan. Bahkan kita dihalangi untuk memperoleh hasilnya. Berkatalah seorang yang paling baik pikirannya di antara mereka: Bukankah aku telah mengatakan kepadamu, hendaklah bertasbih kepada Tuhanmu?. Mereka mengucapkan: Maha Suci Tuhan kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zhalim. Lalu sebagian mereka menghadapi sebagian yang lain seraya cela mencela. Mereka berkata: Aduhai celaka kita; sesungguhnya kita ini adalah orang-orang yang melampaui batas. Mudah-mudahan Tuhan kita memberikan ganti kepada kita dengan kebun yang lebih baik dari pada itu; sesungguhnya kita mengharapkan ampunan dari Tuhan kita.Seperti itulah azab dunia. Dan sesungguhnya azab akhirat lebih besar jika mereka mengetahui”._ (QS. Al Qalam, 68: 17 33)
Demikianlah akibat bakhil terhadap kewajiban zakat yang telah diwajibkan oleh Allah swt. Mereka tidak suka membersihkan diri dari sifat bakhil dan melindungi harta mereka dari bencana. Al Hasan meriwayatkan hadits bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
حَصِّنُوْا أَمْوَالَكُمْ بِالزَّكَاةِ . وَدَاوَوْا مَرْضَاكُمْ بِالصَّدَقَةِ . وَاسْتَقْبِلُوْا أَمْوَاجَ الْبَلاَءِ بِالدُّعَاءِ وَالتَّضَرُّعِ . (رواه أبو داود في المراسيل، ورواه الطبراني والبيهقي وغيرهم عن جماعة من الصحابة مرفوعا متصلا. قال المنذري: والمرسل أشبه)
_“Lindungilah hartamu dengan zakat. Obatilah orang-orang yang sakit di antara kamu dengan sedekah. Dan hadapilah gelombang ujian itu dengan do’a dan rendah hati kepada Allah”_.
(HR. Abu Dawud dalam Al Marasil. HR. Thabrani, Bayhaqi dan lainnya dari sekelompok jamaah shahabat dengan sanad Marfu, Muttashil.
Kata Al Mundziri: Sanad ini lebih mendekati Mursal).
Azab di akhirat lain lagi bagi orang yang bakhil mengeluarkan zakat. Abu Hurayrah ra meriwayatkan hadits Nabi ﷺ bersabda:
مَا مِنْ صَاحِبِ ذَهَبٍ وَلاَ فِضَّةٍ لاَيُؤَدِّيْ مِنْهَا حَقَّهَا إِلاَّ إِذَا كَانَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ صُفِّحَتْ لَهُ صَفَايِحَ مِنْ نَارٍ فَأُحْمِيَ عَلَيْهَا فِيْ نَارِ جَهَنَّمَ فَيُكْوَى بِهَا جَنْبُهُ وَجَبِيْنُهُ وَظَهْرُهُ . كُلَّمَا بَرَدَتْ أُعِيْدَتْ لَهُ فِيْ يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِيْنَ أَلْفَ سَنَةٍ حَتَّى يُقْضَى بَيْنَ الْعِبَادِ فَيَرَى سَبِيْلَهُ إِمَّا إِلَى الْجَنَّةِ وَإِمَّا إِلَى النَّارِ . قِيْلَ: يَارَسُوْلَ اللهِ، فَاْلإِبِلُ؟ قَالَ: وَلاَ صَاحِبُ إِبِلٍ لاَيُؤَدِّيْ مِنْهَا حَقَّهَا ، وَمِنْ حَقِّهَا حَلَبُهَا يَوْمَ وِرْدِهَا ، إِلاَّ إِذَا كَانَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بُطِحَ لَهَا بِقَاعٍ قَرْقَرٍ أَوْفَرَ مَا كَانَتْ وَلاَ يَفْقِدُ مِنْهَا فَصِيْلاً وَاحِدًا تَطَؤُهُ بِأَخْفَافِهَا وَتَعَضُّهُ بِأَفْوَاهِهَا ، كُلَّمَا مَرَّ عَلَيْهِ أُوْلاَهَا رُدَّ عَلَيْهِ أُخْرَاهَا فِيْ يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِيْنَ أَلْفَ سَنَةٍ حَتَّى يُقْضَى بَيْنَ الْعِبَادِ فَيَرَى سَبِيْلَهُ إِمَّا إِلَى الْجَنَّةِ وَإِمَّا إِلَى النَّارِ. قِيْلَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ فَالْبَقَرُ وَالْغَنَمُ؟ قَالَ: وَلاَ صَاحِبُ بَقَرٍ وَلاَ غَنَمٍ لاَيُؤَدِّيْ مِنْهَا حَقَّهَا إِلاَّ إِذَا كَانَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بُطِحَ لَهَا بِقَاعٍ قَرْقَرٍ أَوْفَرَ مَا كَانَتْ لاَيَفْقِدُ مِنْهَا شَيْئًا لَيْسَ مِنْهَا عَقْصَاءُ وَلاَ جَلْحَاءُ وَلاَ عَضْبَاءُ تَنْطَحُهُ بِقُرُوْنِهَا وَتَطَؤُهُ بِأَظْلاَفِهَا. كُلَّمَا مَرَّ عَلَيْهِ أُوْلاَهَا رُدَّ عَلَيْهِ أُخْرَاهَا فِيْ يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِيْنَ أَلْفَ سَنَةٍ . حَتَّى يُقْضَى بَيْنَ الْعِبَادِ فَيَرَى سَبِيْلَهُ إِمَّا إِلَى الْجَنَّةِ وَإِمَّا إِلَى النَّارِ . (رواه البخاري و مسلم )
_“Tiadalah pemilik emas dan perak yang tidak mengeluarkan kewajiban (zakat)nya, melainkan di hari kiamat kelak emas dan perak itu dihamparkan menjadi beberapa hamparan api untuk dia, lalu dipanaskan di dalam api neraka Jahannam. Kemudian disetrikakan kepada lambung, kening dan punggungnya. Setelah dingin, diulang kembali seperti sebelumnya. Demikian itu berjalan setiap hari, yang ketika itu, lama satu hari berbanding lima puluh ribu tahun (di dunia). Setelah para hamba diadili, terlihatlah jalannya, apakah dia ke surga atau ke neraka. Selanjutnya beliau ditanya: Hai Rasulullah! Bagaimana dengan pemilik unta? Beliau menjawab: Demikian pula pemilik unta yang tidak mengeluarkan kewajiban (zakat)nya. Antara lain, memerahkan air susunya untuk orang di dekat perairan. Orang itu di hari kiamat kelak benar-benar ditelungkupkan di padang luas, terpenuhi oleh semua untanya, tak ketinggalan satu ekor anak untapun di sana. Semua akan menginjaki dan menggigit orang itu secara bergantian dari unta pertama sampai unta terakhir sepanjang hari, yang ketika itu lama satu hari berbanding lima puluh ribu tahun (di dunia). Setelah para hamba diadili, terlihatlah jalannya, apakah dia ke surga atau ke neraka. Selanjutnya beliau ditanya: Hai Rasulullah! Bagaimana dengan pemilik sapi dan kambing? Beliau menjawab: Demikian pula pemilik sapi dan kambing yang tidak mengeluarkan kewajiban (zakat)nya. Orang itu di hari kiamat kelak benar-benar ditelungkupkan di padang luas terpenuhi oleh semua sapi dan kambingnya, tak ketinggalan satu ekorpun di sana. Baik yang bertanduk lekuk, atau yang tidak bertanduk atau yang patah tanduk sekalipun. Semua akan menanduki dan menginjaki orang itu secara bergantian dari yang pertama sampai yang terakhir sepanjang hari, yang ketika itu lama satu hari berbanding lima puluh ribu tahun (di dunia). Setelah para hamba diadili, terlihatlah jalannya, apakah dia ke surga atau ke neraka”_. (HR. Bukhari dan Muslim)
وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَى خَاتَمِ أَنْبِيَائِهِ وَرُسُلِهِ سَيِّدنَِا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَالْحَمْدُ ِللهِ رَب العالمين.
Oleh : KH. AHMAD SJINQITHY DJAMALUDIN
No comments:
Post a Comment