*KULTUM MALAM KESEMBILAN*
ِبسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. وَ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى الْمَبْعُوْثِ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَ َأصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ.
Malam ini kita telah sampai kepada Kultum Ramadhan Kesembilan, sekaligus pada malam Kesembilan pula. Semoga Allah swt senantiasa mengabulkan puasa dan amal ibadah lain kita semua. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan doa.
Saudara-saudara! Di antara keutamaan bulan Ramadhan, _*(ulangi hadits pada Kultum Kedua)*_ Rasulullah ﷺ menegaskan dalam hadits yang diriwayatkan Ibnu Khuzaymah dari Salman ra:
وَهُوَ شَهْرُ الصَّبْرِ وَالصَّبْرُ ثَوَابُهُ اْلجَنَّةُ ، وَشَهْرُ اْلمُوَاسَاةِ ، وَ شَهْرٌ يُزَادُ رِزْقُ اْلمُؤْمِنِ فِيهِ ، مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ مَغْفِرَةً لِذُنُوْبِهِ وَ عِتْقَ رَقَبَتِهِ مِنَ النَّارِ ، وَكَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَجْرِهِ شَيْءٌ . قَالُوْا : يَا رَسُوْلَ اللهِ ! لَيْسَ كُلُّنَا يَجِدُ مَا يُفْطِرُ الصَّائِمَ !فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: يُعْطِيْ اللهُ هَذَا الثَّوَابَ مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا عَلَى تَمْرَةٍ أَوْ عَلَى شُرْبَةِ مَاءٍ أَوْ مُذْقَةِ لَبَنٍ . (الحديث)
*“Bulan Ramadhan disebut Bulan Sabar*. Sabar, pahalanya surga. Disebut pula _Bulan Peduli Sosial. *Bulan membuat orang mu’min semakin bertambah rizkinya. _Barangsiapa memberi buka puasa kepada seorang ber-puasa, maka diampuni dosa-dosanya, dibebaskan dari api neraka dan baginya pahala seperti pahala yang berpuasa tanpa berkurang sedikitpun._ Shahabat bertanya: *“Wahai Rasulullah! Tidak semuanya dari kami yang mampu memberi buka puasa?!*. Rasulullah ﷺ menjawab:_*Allah memberikan pahala ini kepada siapapun yang memberi buka puasa sebiji tamar, seteguk air, atau seceguk susu*.
Dalam hadits ini Rasulullah ﷺ juga menyebutkan bahwa bulan Ramadhan adalah bulan peduli sosial - *muwaasaat*. _Ungkapan ini amat sederhana tapi penuh arti dan sarat dengan unsur akhlak mulia yang mampu membentuk kehidupan masyarakat muslim apabila dihayati dan berpegang teguh dengan konsis. Maka Ramadhan merupakan sebuah lembaga pendidikan yang mampu menempa umat beriman dan bertaqwa, konsis mengimplementasikan ketaqwaan dan iman dengan segala cabangnya._ *Begitulah tegas Rasulullah ﷺ mengingatkan kita bahwa jiwa sosial adalah merupakan salah satu dari antara tiang kekuatan masyarakat untuk menjalin rasa cinta kasih antara sesama.*
_Istilah muwaasaat: Peduli sosial, memberikan sesuatu kepada orang lain, bukan karena lebih dari kebutuhan._ _*Muwaasaat bukan karena lebih dari kebutuhan.*_
*Dalam bahasa Arab dokter disebut Al Aasii; diambil dari kata-kata *muwaasaat*. Disebut demikian, karena dokter ahli mengobati luka-luka, baik luka dalam atau luka luar.
Kata *muwaasaat* pula, bisa mempunyai arti _menciptakan perdamaian._
*Kesimpulannya:*_Muwaasaat menurut arti bahasa, bisa mengandung arti mengobati luka. Baik luka lahiriah atau luka batiniah di samping menciptakan perdamaian dan memperteguh hubungan pertalian yang telah hampir putus. Baik dengan cara memberikan sesuatu, berupa harta, waktu, kesempatan, atau lain sebagainya, pada hal dia sendiri sangat membutuhkannya. *Itulah muwaasaat.*_
Rasulullah ﷺ menyebutkan bulan Ramadhan bulan peduli sosial. Harapan beliau, agar umat Islam dapat mempergunakan kesempatan berharga ini yang datangnya bermusim, dengan mengobati luka lahiriyah atau batiniah antar sesama dan menyantuninya. Sebagaimana dikehendaki Allah mereka dapat menjalin erat tali ukhuwwah imaniyah menjadi senyawa bagai satu tubuh. Begitu hadits Rasulullah ﷺ riwayat Nu’man bin Basyir ra bersabda:
مَثَلُ اْلمُؤْمِنِ فِيْ تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ اْلجَسَدِ، إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ اْلجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَاْلحُمَّى
(رواه البخاري ومسلم)
_*“Jalinan cinta, kasih dan simpati seorang mu’min seperti tubuh*_. _Apabila satu anggauta tubuh merasa sakit, merambatlah kepada seluruh anggauta tubuh lainnya, tidak bisa tidur dan demam semuanya”._ (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam hadits Abu Musa Al Asy’ari ra Rasulullah ﷺ bersabda:
اَلْمُؤْمِنِ لِلْمُؤْمِنِ كَاْلبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا . وَشَبَّكَ بَيْنَ أَصَابِعِهِ(رواه البخاري ومسلم)
_“Jalinan seorang mu’min terhadap mu’min lainnya, seperti unsur bangunan yang kuat menguatkan satu dengan lainnya. Beliau sembari menjalinkan jemari”_.
(HR. Bukhari dan Muslim)
Rasulullah ﷺ menjelaskan, bahwa: _Islam mewajibkan umatnya memperkuat hubungan antar sesama umat Islam, merapat dan menyatu, yang kaya menyantuni yang miskin, yang kuat membantu yang lemah. Masing-masing wajib berusaha untuk membantu saudara-saudaranya lepas dari kesulitan, membantu yang teraniaya, membesuk yang sakit, mempermudah yang sulit, mengajari yang bodoh, menunjuki yang tersesat, dan membela yang tidak mampu mengungkap haknya kepada pihak penguasa. Banyak sekali hadits yang menjelaskan, betapa pentingnya menjalin dan memperteguh hubungan sesama muslim, membentuk masyarakat muslim yang _*homogen*_. Antara lain hadits Abu Hurairah ra dari Nabi ﷺ bersabda:
لاَ تَحَاسَدُوْا وَلاَ تَنَاجَشَوْا وَلاَ تَبَاغَضُوْا وَلاَ تَدَابَرُوْا وَلاَ يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ وَكُوْنُوْا عِبَادَ اللهِ إِخْوَانًا. اَلْمُسْلِمُ أَخُو اْلمُسْلِمِ: لاَيَظْلِمُهُ وَلاَ يَحْقِرُهُ وَلاَ يَخْذُلُهُ . اَلتَّقْوَى هَهُنَا – وَيُشِيْرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ – بِحَسَبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ اْلمُسْلِمَ . كُلُّ اْلمُسْلِمِ عَلَى اْلمُسْلِمِ حَرَامٌ دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُ (رواه مسلم)
*“Jangan dengki mendengki, jangan melakukan persaingan penawaran dalam jual beli, jangan benci membenci, jangan belakang membelakangi, jangan menjual di tempat penjualan orang lain. Jadilah kamu hamba-hamba Allah yang bersaudara. Orang Islam sesaudara. _Tidak boleh menganiayanya. Tidak boleh meremehkannya. Dan tidak boleh mengecewakannya._ *Taqwa itu di sini*. Beliau menunjuk ke dadanya tiga kali. *Cukup jelek seseorang yang meremehkan saudara sesama muslimnya*. _Setiap muslim haram menodai muslim yang lain, darah, harta dan kehormatannya_. (HR. Muslim)
Dalam hadits Abu Hurayrah ra dari Nabi ﷺ bersabda:
مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ اْلقِيَامَةِ. وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِيْ الدُّنْيَا وَ اْلآخِرَةِ. وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللهُ فِيْ الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ . وَاللهُ فِيْ عَوْنِ اْلعَبْدِ مَا كَانَ اْلعَبْدُ ِفيْ عَوْنِ أَخِيْهِ. وَمَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيْقًا إِلَى اْلجَنَّةِ. وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِيْ بَيْتٍ مِنْ بُيُوْتِ اللهِ تَعَالَى يَتْلُوْنَ كِتَابَ اللهِ وَيَتَدَارَسُوْنَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِيْنَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ اْلمَلاَئِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيْمَنْ عِنْدَهُ . وَمَنْ بَطَّأَ بِهِ عَمَلُهُ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ . (رواه مسلم)
*“Baragsiapa melepaskan suatu kesusahan dari antara kesusahan-kesusahan seorang mu’min di dunia, maka Allah melepaskan suatu kesusahan dari padanya dari antara kesusahan-kesusahan hari kiamat. Barangsiapa mempermudah seorang dalam kesulitan, maka Allah mempermudah baginya di dunia dan di akhirat. Barangsiapa merahasiakan aib seorang muslim, maka Allah merahasiakan aibnya di dunia dan akhirat. Allah senantiasa menolong hamba selagi dia menolong saudaranya. Barangsiapa menempuh suatu jalan mencari ilmu, Allah mempermudah baginya jalan ke surga.Tiadalah suatu kaum yang berkumpul di sebuah rumah dari antara rumah-rumah Allah taala (masjid), mereka membaca Kitabullah dan mereka saling mempelajarinya, melainkan ketenangan dilimpahkan kepada mereka, rahmat diselubungkan kepada mereka dan malaikat menaungi mereka. Allah juga menyebut-nyebut mereka kepada siapapun di sisi-Nya. _Barangsiapa ketinggalkan beramal, maka nasab kebangsawanannya tidak akan mampu mengejarnya”_* (HR. Muslim)
Barometer Rasulullah ﷺ untuk mengetahui derajat kebaikan seorang muslim di sisi Allah swt , yaitu di dalam sabdanya:
اَلْمُؤْمِنُ يَأْلِفُ وَيُؤْلِفُ ، وَلاَ خَيْرَ فِيْمَنْ لاَيَأْلِفُ وَلاَ يُؤْلِفُ . وَخَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
(رواه الدارقطني في الأفراد والضياء في المختارة عن جابر ( و رمز السيوطي لصحته).
*_“Orang mu’min itu ramah dan loyal. Tidak baik seorang yang tidak ramah dan tidak loyal. Sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat kepada orang lain”_*.
(HR. Ad Daraquthni dalam Al Afrad. Adh Dhiya dalam Al Mukhtarah, dari Jabir ra. As Suyuthi memberi kode, hadits ini Shahih.)
Maka barometer dari Rasulullah ﷺ adalah :
خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
_*“Sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat kepada orang lain”.*_
Senada dengan hadits ini Abu Dawud meriwayatkan hadits dari Abu Qilabah di dalam Al Marasil, bahwa pernah beberapa orang shahabat datang kepada Nabi ﷺ memuji-muji kebaikan seorang shahabat mereka.
Kata mereka:
مَا رَأَيْناَ مِثْلَ فُلاَنٍ هَذَا قَطُّ. مَاكَانَ فِيْ مَسِيْرٍ إِلاَّ كَانَ فِيْ قِرَاءَةٍ وَلاَ نَزَلْنَا فِيْ مَنْزِلٍ إِلاَّ كَانَ فِيْ صَلاَةٍ. قَالَ: فَمَنْ كَانَ يَكْفِيْهِ ضَيْعَتَهُ؟ حَتَّى ذَكَرَ : وَمَنْ كَانَ يَعْلِفُ جَمَلَهْ أَوْ دَابَّتَهُ؟ قَالُوْا : نَحْنُ . قَالَ: فَكُلُّكُمْ خَيْرٌ مِنْهُ .
*“Kami sama sekali tidak pernah melihat seseorang sebaik Si Fulan ini. Di dalam suatu perjalanan, pasti dia membaca Al Qur’an. Setiap kali kami singgah di suatu tempat pasti dia mengerjakan shalat. Beliau bersabda: _“Siapa yang mencukupi kebutuhan ekonominya?_ Begitulah beliau bertanya, sampai kepada masalah: _Siapakah yang memberi makan unta atau binatang kendaraannya?_ *Mereka menjawab: Kami*._ Lalu beliau bersabda: _*Maka kalian semua lebih baik dari pada dia.*_
Saudara-saudaraku hamba Allah rahimakumullah!
*_Bulan Ramadhan adalah bulan peduli sosial._ Pada bulan ini umat Islam menyegarkan makna tali persaudaraan, kekeluargaan, persahabatan, gotong royong dan bantu membantu dalam ikatan tali iman dan ukhuwwah islamiyah. _Apalagi belakangan ini banyak umat Islam yang terjangkit penyakit hati, belakang-membelakangi, benci-membenci, berdengki-dengkian, suka mengecewakan yang lain, meremehkan yang lain, suka mengorbankan sesama muslim kepada pihak musuh, suka mencemarkan nama baik seseorang, suka merampas harta orang lain bahkan sampai berbunuhan antara sesama muslim dan saling menganiaya_*.
*Laa hawla wa laa quwwata illaa billaah* - لاَحَوْلَ وَلاَ قًوَّةَ إِلاَّ بِالله
_Mengingat pentingnya bulan peduli sosial ini, amatlah wajar kalau kita besarkan, agar kehidupan kita semakin semarak dan bergairah di bawah panji-panji iman dan ukhuwwah. Nilainya, masyarakat kita menjadi kuat, rasa solidaritasnya tinggi dan tangguh karena kembali kepada barometer Rasulullah ﷺ Amien._
وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَى خَاتَمِ أَنْبِيَائِهِ وَرُسُلِهِ سَيِّدنَِا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Oleh : KH. AHMAD SJINQITHY DJAMALUDIN
ِبسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. وَ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى الْمَبْعُوْثِ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَ َأصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ.
Malam ini kita telah sampai kepada Kultum Ramadhan Kesembilan, sekaligus pada malam Kesembilan pula. Semoga Allah swt senantiasa mengabulkan puasa dan amal ibadah lain kita semua. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan doa.
Saudara-saudara! Di antara keutamaan bulan Ramadhan, _*(ulangi hadits pada Kultum Kedua)*_ Rasulullah ﷺ menegaskan dalam hadits yang diriwayatkan Ibnu Khuzaymah dari Salman ra:
وَهُوَ شَهْرُ الصَّبْرِ وَالصَّبْرُ ثَوَابُهُ اْلجَنَّةُ ، وَشَهْرُ اْلمُوَاسَاةِ ، وَ شَهْرٌ يُزَادُ رِزْقُ اْلمُؤْمِنِ فِيهِ ، مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ مَغْفِرَةً لِذُنُوْبِهِ وَ عِتْقَ رَقَبَتِهِ مِنَ النَّارِ ، وَكَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَجْرِهِ شَيْءٌ . قَالُوْا : يَا رَسُوْلَ اللهِ ! لَيْسَ كُلُّنَا يَجِدُ مَا يُفْطِرُ الصَّائِمَ !فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: يُعْطِيْ اللهُ هَذَا الثَّوَابَ مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا عَلَى تَمْرَةٍ أَوْ عَلَى شُرْبَةِ مَاءٍ أَوْ مُذْقَةِ لَبَنٍ . (الحديث)
*“Bulan Ramadhan disebut Bulan Sabar*. Sabar, pahalanya surga. Disebut pula _Bulan Peduli Sosial. *Bulan membuat orang mu’min semakin bertambah rizkinya. _Barangsiapa memberi buka puasa kepada seorang ber-puasa, maka diampuni dosa-dosanya, dibebaskan dari api neraka dan baginya pahala seperti pahala yang berpuasa tanpa berkurang sedikitpun._ Shahabat bertanya: *“Wahai Rasulullah! Tidak semuanya dari kami yang mampu memberi buka puasa?!*. Rasulullah ﷺ menjawab:_*Allah memberikan pahala ini kepada siapapun yang memberi buka puasa sebiji tamar, seteguk air, atau seceguk susu*.
Dalam hadits ini Rasulullah ﷺ juga menyebutkan bahwa bulan Ramadhan adalah bulan peduli sosial - *muwaasaat*. _Ungkapan ini amat sederhana tapi penuh arti dan sarat dengan unsur akhlak mulia yang mampu membentuk kehidupan masyarakat muslim apabila dihayati dan berpegang teguh dengan konsis. Maka Ramadhan merupakan sebuah lembaga pendidikan yang mampu menempa umat beriman dan bertaqwa, konsis mengimplementasikan ketaqwaan dan iman dengan segala cabangnya._ *Begitulah tegas Rasulullah ﷺ mengingatkan kita bahwa jiwa sosial adalah merupakan salah satu dari antara tiang kekuatan masyarakat untuk menjalin rasa cinta kasih antara sesama.*
_Istilah muwaasaat: Peduli sosial, memberikan sesuatu kepada orang lain, bukan karena lebih dari kebutuhan._ _*Muwaasaat bukan karena lebih dari kebutuhan.*_
*Dalam bahasa Arab dokter disebut Al Aasii; diambil dari kata-kata *muwaasaat*. Disebut demikian, karena dokter ahli mengobati luka-luka, baik luka dalam atau luka luar.
Kata *muwaasaat* pula, bisa mempunyai arti _menciptakan perdamaian._
*Kesimpulannya:*_Muwaasaat menurut arti bahasa, bisa mengandung arti mengobati luka. Baik luka lahiriah atau luka batiniah di samping menciptakan perdamaian dan memperteguh hubungan pertalian yang telah hampir putus. Baik dengan cara memberikan sesuatu, berupa harta, waktu, kesempatan, atau lain sebagainya, pada hal dia sendiri sangat membutuhkannya. *Itulah muwaasaat.*_
Rasulullah ﷺ menyebutkan bulan Ramadhan bulan peduli sosial. Harapan beliau, agar umat Islam dapat mempergunakan kesempatan berharga ini yang datangnya bermusim, dengan mengobati luka lahiriyah atau batiniah antar sesama dan menyantuninya. Sebagaimana dikehendaki Allah mereka dapat menjalin erat tali ukhuwwah imaniyah menjadi senyawa bagai satu tubuh. Begitu hadits Rasulullah ﷺ riwayat Nu’man bin Basyir ra bersabda:
مَثَلُ اْلمُؤْمِنِ فِيْ تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ اْلجَسَدِ، إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ اْلجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَاْلحُمَّى
(رواه البخاري ومسلم)
_*“Jalinan cinta, kasih dan simpati seorang mu’min seperti tubuh*_. _Apabila satu anggauta tubuh merasa sakit, merambatlah kepada seluruh anggauta tubuh lainnya, tidak bisa tidur dan demam semuanya”._ (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam hadits Abu Musa Al Asy’ari ra Rasulullah ﷺ bersabda:
اَلْمُؤْمِنِ لِلْمُؤْمِنِ كَاْلبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا . وَشَبَّكَ بَيْنَ أَصَابِعِهِ(رواه البخاري ومسلم)
_“Jalinan seorang mu’min terhadap mu’min lainnya, seperti unsur bangunan yang kuat menguatkan satu dengan lainnya. Beliau sembari menjalinkan jemari”_.
(HR. Bukhari dan Muslim)
Rasulullah ﷺ menjelaskan, bahwa: _Islam mewajibkan umatnya memperkuat hubungan antar sesama umat Islam, merapat dan menyatu, yang kaya menyantuni yang miskin, yang kuat membantu yang lemah. Masing-masing wajib berusaha untuk membantu saudara-saudaranya lepas dari kesulitan, membantu yang teraniaya, membesuk yang sakit, mempermudah yang sulit, mengajari yang bodoh, menunjuki yang tersesat, dan membela yang tidak mampu mengungkap haknya kepada pihak penguasa. Banyak sekali hadits yang menjelaskan, betapa pentingnya menjalin dan memperteguh hubungan sesama muslim, membentuk masyarakat muslim yang _*homogen*_. Antara lain hadits Abu Hurairah ra dari Nabi ﷺ bersabda:
لاَ تَحَاسَدُوْا وَلاَ تَنَاجَشَوْا وَلاَ تَبَاغَضُوْا وَلاَ تَدَابَرُوْا وَلاَ يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ وَكُوْنُوْا عِبَادَ اللهِ إِخْوَانًا. اَلْمُسْلِمُ أَخُو اْلمُسْلِمِ: لاَيَظْلِمُهُ وَلاَ يَحْقِرُهُ وَلاَ يَخْذُلُهُ . اَلتَّقْوَى هَهُنَا – وَيُشِيْرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ – بِحَسَبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ اْلمُسْلِمَ . كُلُّ اْلمُسْلِمِ عَلَى اْلمُسْلِمِ حَرَامٌ دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُ (رواه مسلم)
*“Jangan dengki mendengki, jangan melakukan persaingan penawaran dalam jual beli, jangan benci membenci, jangan belakang membelakangi, jangan menjual di tempat penjualan orang lain. Jadilah kamu hamba-hamba Allah yang bersaudara. Orang Islam sesaudara. _Tidak boleh menganiayanya. Tidak boleh meremehkannya. Dan tidak boleh mengecewakannya._ *Taqwa itu di sini*. Beliau menunjuk ke dadanya tiga kali. *Cukup jelek seseorang yang meremehkan saudara sesama muslimnya*. _Setiap muslim haram menodai muslim yang lain, darah, harta dan kehormatannya_. (HR. Muslim)
Dalam hadits Abu Hurayrah ra dari Nabi ﷺ bersabda:
مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ اْلقِيَامَةِ. وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِيْ الدُّنْيَا وَ اْلآخِرَةِ. وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللهُ فِيْ الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ . وَاللهُ فِيْ عَوْنِ اْلعَبْدِ مَا كَانَ اْلعَبْدُ ِفيْ عَوْنِ أَخِيْهِ. وَمَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيْقًا إِلَى اْلجَنَّةِ. وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِيْ بَيْتٍ مِنْ بُيُوْتِ اللهِ تَعَالَى يَتْلُوْنَ كِتَابَ اللهِ وَيَتَدَارَسُوْنَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِيْنَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ اْلمَلاَئِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيْمَنْ عِنْدَهُ . وَمَنْ بَطَّأَ بِهِ عَمَلُهُ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ . (رواه مسلم)
*“Baragsiapa melepaskan suatu kesusahan dari antara kesusahan-kesusahan seorang mu’min di dunia, maka Allah melepaskan suatu kesusahan dari padanya dari antara kesusahan-kesusahan hari kiamat. Barangsiapa mempermudah seorang dalam kesulitan, maka Allah mempermudah baginya di dunia dan di akhirat. Barangsiapa merahasiakan aib seorang muslim, maka Allah merahasiakan aibnya di dunia dan akhirat. Allah senantiasa menolong hamba selagi dia menolong saudaranya. Barangsiapa menempuh suatu jalan mencari ilmu, Allah mempermudah baginya jalan ke surga.Tiadalah suatu kaum yang berkumpul di sebuah rumah dari antara rumah-rumah Allah taala (masjid), mereka membaca Kitabullah dan mereka saling mempelajarinya, melainkan ketenangan dilimpahkan kepada mereka, rahmat diselubungkan kepada mereka dan malaikat menaungi mereka. Allah juga menyebut-nyebut mereka kepada siapapun di sisi-Nya. _Barangsiapa ketinggalkan beramal, maka nasab kebangsawanannya tidak akan mampu mengejarnya”_* (HR. Muslim)
Barometer Rasulullah ﷺ untuk mengetahui derajat kebaikan seorang muslim di sisi Allah swt , yaitu di dalam sabdanya:
اَلْمُؤْمِنُ يَأْلِفُ وَيُؤْلِفُ ، وَلاَ خَيْرَ فِيْمَنْ لاَيَأْلِفُ وَلاَ يُؤْلِفُ . وَخَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
(رواه الدارقطني في الأفراد والضياء في المختارة عن جابر ( و رمز السيوطي لصحته).
*_“Orang mu’min itu ramah dan loyal. Tidak baik seorang yang tidak ramah dan tidak loyal. Sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat kepada orang lain”_*.
(HR. Ad Daraquthni dalam Al Afrad. Adh Dhiya dalam Al Mukhtarah, dari Jabir ra. As Suyuthi memberi kode, hadits ini Shahih.)
Maka barometer dari Rasulullah ﷺ adalah :
خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
_*“Sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat kepada orang lain”.*_
Senada dengan hadits ini Abu Dawud meriwayatkan hadits dari Abu Qilabah di dalam Al Marasil, bahwa pernah beberapa orang shahabat datang kepada Nabi ﷺ memuji-muji kebaikan seorang shahabat mereka.
Kata mereka:
مَا رَأَيْناَ مِثْلَ فُلاَنٍ هَذَا قَطُّ. مَاكَانَ فِيْ مَسِيْرٍ إِلاَّ كَانَ فِيْ قِرَاءَةٍ وَلاَ نَزَلْنَا فِيْ مَنْزِلٍ إِلاَّ كَانَ فِيْ صَلاَةٍ. قَالَ: فَمَنْ كَانَ يَكْفِيْهِ ضَيْعَتَهُ؟ حَتَّى ذَكَرَ : وَمَنْ كَانَ يَعْلِفُ جَمَلَهْ أَوْ دَابَّتَهُ؟ قَالُوْا : نَحْنُ . قَالَ: فَكُلُّكُمْ خَيْرٌ مِنْهُ .
*“Kami sama sekali tidak pernah melihat seseorang sebaik Si Fulan ini. Di dalam suatu perjalanan, pasti dia membaca Al Qur’an. Setiap kali kami singgah di suatu tempat pasti dia mengerjakan shalat. Beliau bersabda: _“Siapa yang mencukupi kebutuhan ekonominya?_ Begitulah beliau bertanya, sampai kepada masalah: _Siapakah yang memberi makan unta atau binatang kendaraannya?_ *Mereka menjawab: Kami*._ Lalu beliau bersabda: _*Maka kalian semua lebih baik dari pada dia.*_
Saudara-saudaraku hamba Allah rahimakumullah!
*_Bulan Ramadhan adalah bulan peduli sosial._ Pada bulan ini umat Islam menyegarkan makna tali persaudaraan, kekeluargaan, persahabatan, gotong royong dan bantu membantu dalam ikatan tali iman dan ukhuwwah islamiyah. _Apalagi belakangan ini banyak umat Islam yang terjangkit penyakit hati, belakang-membelakangi, benci-membenci, berdengki-dengkian, suka mengecewakan yang lain, meremehkan yang lain, suka mengorbankan sesama muslim kepada pihak musuh, suka mencemarkan nama baik seseorang, suka merampas harta orang lain bahkan sampai berbunuhan antara sesama muslim dan saling menganiaya_*.
*Laa hawla wa laa quwwata illaa billaah* - لاَحَوْلَ وَلاَ قًوَّةَ إِلاَّ بِالله
_Mengingat pentingnya bulan peduli sosial ini, amatlah wajar kalau kita besarkan, agar kehidupan kita semakin semarak dan bergairah di bawah panji-panji iman dan ukhuwwah. Nilainya, masyarakat kita menjadi kuat, rasa solidaritasnya tinggi dan tangguh karena kembali kepada barometer Rasulullah ﷺ Amien._
وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَى خَاتَمِ أَنْبِيَائِهِ وَرُسُلِهِ سَيِّدنَِا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Oleh : KH. AHMAD SJINQITHY DJAMALUDIN
No comments:
Post a Comment