*KULTUM MALAM KEDUA PULUH DUA*
ِبسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. وَ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى الْمَبْعُوْثِ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَ َأصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ.
Malam ini kita telah sampai kepada Kultum Ramadhan Kedua puluh dua, sekaligus pada malam Kedua puluh dua pula. Semoga Allah senantiasa mengabulkan puasa dan amal ibadah lain kita semua. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan do’a.
Saudara-saudara! Pembicaraan kita kali ini, In Syaa Allah mengupas hadits Qudsi riwayat Abu Hurayrah ra, bahwa Rasulullah ﷺ menuturkan firman Allah awj:
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلاَّالصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِيْ وَأَنَا أَجْزِيْ بِهِ . وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ . فَإِذَا كَانَ صَوْمُ أَحَدِكُمْ فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَصْخَبْ . فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّيْ صَائِمٌ إِنِّيْ صَائِمٌ (رواه البخاري ومسلم)
_“Setiap amal perbuatan manusia untuk dia, kecuali puasa. Puasa itu untuk-Ku, dan Akulah yang membalasnya. Puasa itu benteng. Apabila seseorang di antara kamu sedang berpuasa, janganlah berkata kotor dan jangan berteriak-teriak. Jika dimaki-maki atau ditengkari seseorang, katakanlah: *Sesunguhnya aku berpuasa! Sesungguhnya aku berpuasa!”*_ (HR. Bukhari dan Muslim)
_Puasa adalah sebuah pendidikan akhlak bagi seseorang yang berpuasa. *Dengan puasa seseorang dapat menahan emosi dan belajar menahan mulut untuk tidak berkata jelek.* Maka ketika seseorang berpuasa, ia tidak memperkenankan mulutnya untuk berbicara, kecuali ucapan-ucapan yang baik._
Allah swt berfirman:
لاَ خَيْرَ فِيْ كَثِيْرٍ مِنْ نَجْوَاهُمْ إِلاَّ مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْمَعْرُوْفٍ أَوْ إِصْلاَحٍ بَيْنَ النَّاسِ . وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ مَرْضَاةِ ِللهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيْهِ أَجْرًا عَظِيْم (النساء: 114)
_*“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka,* kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh manusia memberi sedekah, atau berbuat ma’ruf (kebajikan). Atau mengadakan perdamaian di antara sesama manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian, karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar”._
(QS. An Nisaa’, 4: 114)
_Andaikata kita pergi menelusuri bencana sosial, seperti *keresahan masyarakat akibat buah lidah, pena yang lepas kontrol,* pasti bagi kita kesulitan untuk membendungnya, bahkan kita pasti dibuat kewalahan. Berapa banyak pertengkaran sesaudara *karena lidah lepas kontrol dalam berbicara.*_ _Dan berapa banyak perselisihan antara tetangga *karena lidah bebas melepaskan ucapan-ucapannya.* Berapa banyak pula putusnya hubungan keluarga *karena kalimat-kalimat tajam yang dilontarkan lidah*. Bahkan berapa banyak pula pertempuran antar sesama *akibat panasnya api hujatan dan caci maki yang dikobar-kobarkan*. ~Baik melalui mulut ke mulut, media cetak dan elektronik.~ *Andaikan setiap muslim dapat menahan diri, dan setiap orang beriman mengendalikan pembicaraan*, maka mereka tidak akan buka mulut kecuali yang baik-baik dan memberi manfaat bukan yang memberi madarat, seperti ketika mereka sedang berpuasa._ *Hasilnya*, _api permusuhan dan pertengkaran di dunia ini tidak akan berkobar bahkan akan padam dengan sendirinya. Kita seyogianya memanfaatkan Ramadhan ini untuk menimba bimbingan dan arahan Rasulullah_ ﷺ seperti dalam hadits:
فَإِذَا كَانَ صَوْمُ أَحَدِكُمْ فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَصْخَبْ . فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّيْ صَائِمٌ إِنِّيْ صَائِمٌ (رواه البخاري ومسلم)
_“Apabila seseorang di antara kamu sedang berpuasa, janganlah berkata kotor dan jangan bertengkar_. *Jika dimaki-maki atau ditengkari seseorang, katakanlah:* _*Sesunguhnya aku berpuasa! Sesungguhnya aku berpuasa!”.*_
الرَفَث = الجماع ، الفحش . كالرُّفوث وكلام النساء في الجماع أو ما وجهن به من الفحش
Kata _*Ar Rafats*_, mempunyai arti: _*Porno aksi, pembicaraan atau ucapan porno dan cabul atau yang sejenisnya*_.
_Sering terjadi, ketika sedang berkumpul-kumpul bersama, mereka senang berbicara cabul dan asyik mendengarkannya. Bahkan bisa saja sampai terlalu larut menikmatinya. Prilaku ini telah menyimpang dan tidak etis. *Hal ini terjadi akibat tidak punya rasa malu. Islam sangat menghormati sifat malu. Karena malu, seseorang tidak akan melakukan hal-hal yang tidak terpuji dan tidak etis.*_ Abu Hurayrah ra meriwayatkan hadits, Rasulullah ﷺ bersabda:
الحَيَاءُ مِنَ الإِيْمَانِ وَالإِيْمَانُ فِيْ الجَنَّةِ وَالبَذَاءُ مِنَ الجَفَاءِ وَالجَفَاءُ فِيْ النَّارِ(رواه الإمام أحمد ورجاله رجال الصحيح، والترمذي وقال: حديث حسن صحيح.
_*“Malu itu sebagian dari iman. Dan iman di dalam surga. Ucapan kotor munculnya dari tabiat kasar, sedang tabiat kasar di dalam api neraka”.*_
(HR. Imam Ahmad. Orang-orangnya adalah orang-orang Shahih Bukhari. Dan riwayat Tirmidzi. Kata Tirmidzi: Hadits Hasan Shahih).
_*Malu mendapatkan kedudukan tinggi dalam Islam. Malu adalah sebagian dari antara cabang-cabang iman.*_ Abu Hurayrah ra meriwayatkan hadits, Rasulullah ﷺ bersabda:
الإِيْمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُوْنَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّوْنَ شُعْبَةً ، فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لاَإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيْقِ ، وَالحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الإِيْمَانِ. (رواه البخاري ومسلم)
_“Iman adalah tujuh puluh atau enam puluh cabang lebih. Cabang paling utama: *Laa ilaaha illallaah* – Tiada Tuhan selain Allah. Paling rendahnya adalah menyingkirkan gangguan di jalan. Malu adalah sebagian cabang iman”._ (HR. Bukhari dan Muslim).
_Mengingat besarnya perhatian Islam terhadap sifat malu, maka malu mendapat kedudukan istimewa dalam Islam dan para pemeluknya._ Zayd bin Thalhah bin Rakanah ra meriwayatkan hadits, Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّ لِكُلِّ دِيْنٍ خُلُقًا. وَخُلُقُ الإِسْلاَمِ الحَيَاءُ(رواه مالك وابن ماجة)
_*“Sesungguhnya setiap agama mempunyai akhlak. Akhlak Islam adalah malu”*_.
(HR. Malik dan Ibnu Majah)
_Dari besarnya perhatian Islam terhadap sifat malu, maka Islam menjadikan malu sebagai cabang iman. Bahkan lebih tinggi dari itu. Terbukti, dinyatakan bahwa adanya malu menunjukkan adanya iman seseorang. Tidak adanya malu menunjukkan tidak adanya iman seseorang._ Abdullah bin Umar ra meriwayatkan hadits, Rasulullah ﷺ bersabda:
الحَيَاءُ وَالإِيْمَانُ قُرَنَاءُ جَمِيْعًا . فَإِذَا رُفِعَ أَحَدُهُمَا رُفِعَ الآخَرُ
(رواه الحاكم وقال: صحيح على شرط الشيخين . ورواه الطبراني في الأوسط من حديث ابن عباس)
_“Malu dan Iman semuanya berpasangan. Apabila satu hilang, hilang pula yang lainnya”._
(HR. Al Hakim. Kata Al Hakim, Shahih atas Syarat Bukhari dan Muslim. Dan Thabrani di dalam Al Awsath dari hadits Ibnu Abbas ra).
_Maka orang berpuasa harus meninggalkan pembicaraan-pembicaraan kotor. Sebab semua jenis perkataan kotor dapat melenyapkan puasa dan karakternya. Puasa bukan sekedar tidak makan dan tidak minum. Puasa merupakan pendidikan moral dan penempaan keimanan, mendidik lisan, membersihkan batin dan meluruskan prilaku._ Begitulah tegas Abu Hurayrah ra, Rasulullah ﷺ bersabda:
لَيْسَ الصِّيَامُ مِنَ الأَكْلِ وَالشُّرْبِ إِنَّمَاالصِّيَامُ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ. فَإِنْ سَابَّكَ أَحَدٌ أَوْجَهِلَ عَلَيْكَ فَقُلْ إِنِّيْ صَائِمٌ إِنِّيْ صَائِمٌ(رواه ابن خزيمة وابن حبان والحاكم وقال: صحيح على شرط مسلم)
_“Puasa bukan sekedar meninggalkan makan dan minum._
_Tapi, puasa itu meninggalkan hal yang tidak bermanfaat dan perkataan kotor_.
_Maka, jika seseorang memakimu atau menengkarimu, katakanlah:_ _*Sesungguhnya aku berpuasa! Sesungguhnya aku berpuasa!”.*_
(HR. Ibnu Khuzaymah, Ibnu Hibban dan Al Hakim. Kata Al Hakim: Shahih atas syarat Muslim).
_Yang dapat menghilangkan puasa dan karakternya, antara lain adalah:_
_Perkataan yang tidak memberi manfaat_ _sekalipun tidak menimbulkan madarat_
_berteriak-teriak_
_cerewet_
_bertengkar_
_mencaci_
_memaki_
_ribut-ribut dan suka melakukan permusuhan.*_
_*Biang semua ini adalah mencaci dan memaki, sehingga semua bentuk kejahatan lainnya bermunculan.*_ _Karena itu Islam memberi peringatan keras kepada setiap muslim agar mereka tidak suka memaki, kapan saja dan di mana saja, lebih-lebih dalam waktu berpuasa._
_Sebab, apabila seorang berpuasa yang seharusnya tunduk dan disiplin mengikuti peraturan masih melanggar, pertanda dia tidak memperhatikan masa-masa penempaan ketaqwaan Ramadhan, dan menyepelekan janji ampunan dosa dan pelepasan dari api neraka._ _Bukankah orang berpuasa harus menahan diri dari makan dan minum, dan wajib menjaga dari hal-hal yang dapat menghapus puasa? Baik melalui perkataan, akhlak dan perilaku?_
Abu Sa’id Al Khudri ra meriwayatkan hadits, Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ وَعَرَفَ حُدُوْدَهُ وَتَحَفَّظَ مِمَّا يَنْبَغِيْ لَهُ أَنْ يَتَحَفَّظَ كُفِّرَ مَا قَبْلَهُ
(رواه ابن حبان في صحيحه و البيهقي)
_“Barangsiapa berpuasa dan mengetahui batas-batas ketentuan puasa, lalu menjaga diri dari apa yang sepantasnya dijaga, maka ditebuslah dosa-dosa yang sebelumnya”._ (HR. Ibnu Hibban dalam Shahihnya dan Bayhaqi)
_Maka setiap muslim haruslah menjaga diri dari hal yang dapat melenyapkan pahala puasa, baik melalui pembicaraan, prilaku, akhlak dan lain sebagainya sesuai petunjuk Rasulullah ﷺ di dalam hadits yang lalu. Hal yang amat disayangkan, sebagian kaum muslimin banyak yang tidak memperhatikan hal ini. Bahkan bisa kemungkinan anda melihat, ada saja seorang muslim di bulan Ramadhan akhlaknya amat jelek, lebih jelek dari pada sebelum Ramadhan. Karakternya lebih jorok, ucapannya lebih rusak, dan pembicaraannya lebih kotor. Ini terjadi karena mereka tidak mengerti puasa, dan tidak mengetahui hakekat puasa, sehingga mereka tidak dapat melaksanakan puasa yang diharapkan Islam. Mereka berpuasa sekedar tidak makan dan tidak minum sepanjang hari._ _Kemudian di malam hari mereka berpuas-puas dengan makan, minum, obrolan, ucapan cabul, teriakan, pertengkaran, perbuatan gaduh dan caci maki._ _Karena itu dia mendapatkan bagian puasa, sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ yang diriwayatkan Abu Hurayrah ra:_
رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الجُوْعُ وَالعَطَشُ . وَرُبَّ قَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ قِيَامِهِ السَّهَرُ
(رواه النسائي وابن خزيمة والحاكم وقال: صحيح على شرط البخاري)
_“Kadang-kadang seorang berpuasa, dari puasanya hanya mendapatkan lapar dan dahaga. Dan kadang-kadang seorang bangun (beribadah) malam, dari ibadahnya hanya mendapatkan bagian melek se-malaman saja”._
(HR. Nasaai, Ibnu Khuzaymah dan Al Hakim. Kata Al Hakim: Shahih atas syarat Bukhari).
اللَّهُمَّ ارْزُقْنَا التَّـأَدُّبَ بِآدَابِ الصَّائِمِيْنَ وَالتَّخَلُّقَ بِأَخْلاَقِهِمْ وَتَقَبَّلْ مِنّاَ صِياَمَنَا وَقِيَامَنَا وَأَعْتِقْ مِنَ النَّارِ رِقَابَنَا وَرِقَابَ آبَائِنَا وَأُمَّهَاتِنَا وَأَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ .
_Ya Allah, berilah kami rizki berperilaku seperti perilaku orang-orang berpuasa, dan berakhlak seperti akhlak mereka. Terimalah puasa kami, dan Qiyamul Layl kami. Dan lepaskanlah dari api neraka, kami, ayah, ibu, suami, isteri, dan anak –anak cucu kami; dengan rahmat-Mu hai Maha Penyayangnya semua penyayang._
وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَى خَاتَمِ أَنْبِيَائِهِ وَرُسُلِهِ سَيِّدنَِا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Oleh : KH. AHMAD SJINQITHY DJAMALUDIN
ِبسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. وَ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى الْمَبْعُوْثِ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَ َأصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ.
Malam ini kita telah sampai kepada Kultum Ramadhan Kedua puluh dua, sekaligus pada malam Kedua puluh dua pula. Semoga Allah senantiasa mengabulkan puasa dan amal ibadah lain kita semua. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan do’a.
Saudara-saudara! Pembicaraan kita kali ini, In Syaa Allah mengupas hadits Qudsi riwayat Abu Hurayrah ra, bahwa Rasulullah ﷺ menuturkan firman Allah awj:
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلاَّالصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِيْ وَأَنَا أَجْزِيْ بِهِ . وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ . فَإِذَا كَانَ صَوْمُ أَحَدِكُمْ فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَصْخَبْ . فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّيْ صَائِمٌ إِنِّيْ صَائِمٌ (رواه البخاري ومسلم)
_“Setiap amal perbuatan manusia untuk dia, kecuali puasa. Puasa itu untuk-Ku, dan Akulah yang membalasnya. Puasa itu benteng. Apabila seseorang di antara kamu sedang berpuasa, janganlah berkata kotor dan jangan berteriak-teriak. Jika dimaki-maki atau ditengkari seseorang, katakanlah: *Sesunguhnya aku berpuasa! Sesungguhnya aku berpuasa!”*_ (HR. Bukhari dan Muslim)
_Puasa adalah sebuah pendidikan akhlak bagi seseorang yang berpuasa. *Dengan puasa seseorang dapat menahan emosi dan belajar menahan mulut untuk tidak berkata jelek.* Maka ketika seseorang berpuasa, ia tidak memperkenankan mulutnya untuk berbicara, kecuali ucapan-ucapan yang baik._
Allah swt berfirman:
لاَ خَيْرَ فِيْ كَثِيْرٍ مِنْ نَجْوَاهُمْ إِلاَّ مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْمَعْرُوْفٍ أَوْ إِصْلاَحٍ بَيْنَ النَّاسِ . وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ مَرْضَاةِ ِللهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيْهِ أَجْرًا عَظِيْم (النساء: 114)
_*“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka,* kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh manusia memberi sedekah, atau berbuat ma’ruf (kebajikan). Atau mengadakan perdamaian di antara sesama manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian, karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar”._
(QS. An Nisaa’, 4: 114)
_Andaikata kita pergi menelusuri bencana sosial, seperti *keresahan masyarakat akibat buah lidah, pena yang lepas kontrol,* pasti bagi kita kesulitan untuk membendungnya, bahkan kita pasti dibuat kewalahan. Berapa banyak pertengkaran sesaudara *karena lidah lepas kontrol dalam berbicara.*_ _Dan berapa banyak perselisihan antara tetangga *karena lidah bebas melepaskan ucapan-ucapannya.* Berapa banyak pula putusnya hubungan keluarga *karena kalimat-kalimat tajam yang dilontarkan lidah*. Bahkan berapa banyak pula pertempuran antar sesama *akibat panasnya api hujatan dan caci maki yang dikobar-kobarkan*. ~Baik melalui mulut ke mulut, media cetak dan elektronik.~ *Andaikan setiap muslim dapat menahan diri, dan setiap orang beriman mengendalikan pembicaraan*, maka mereka tidak akan buka mulut kecuali yang baik-baik dan memberi manfaat bukan yang memberi madarat, seperti ketika mereka sedang berpuasa._ *Hasilnya*, _api permusuhan dan pertengkaran di dunia ini tidak akan berkobar bahkan akan padam dengan sendirinya. Kita seyogianya memanfaatkan Ramadhan ini untuk menimba bimbingan dan arahan Rasulullah_ ﷺ seperti dalam hadits:
فَإِذَا كَانَ صَوْمُ أَحَدِكُمْ فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَصْخَبْ . فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّيْ صَائِمٌ إِنِّيْ صَائِمٌ (رواه البخاري ومسلم)
_“Apabila seseorang di antara kamu sedang berpuasa, janganlah berkata kotor dan jangan bertengkar_. *Jika dimaki-maki atau ditengkari seseorang, katakanlah:* _*Sesunguhnya aku berpuasa! Sesungguhnya aku berpuasa!”.*_
الرَفَث = الجماع ، الفحش . كالرُّفوث وكلام النساء في الجماع أو ما وجهن به من الفحش
Kata _*Ar Rafats*_, mempunyai arti: _*Porno aksi, pembicaraan atau ucapan porno dan cabul atau yang sejenisnya*_.
_Sering terjadi, ketika sedang berkumpul-kumpul bersama, mereka senang berbicara cabul dan asyik mendengarkannya. Bahkan bisa saja sampai terlalu larut menikmatinya. Prilaku ini telah menyimpang dan tidak etis. *Hal ini terjadi akibat tidak punya rasa malu. Islam sangat menghormati sifat malu. Karena malu, seseorang tidak akan melakukan hal-hal yang tidak terpuji dan tidak etis.*_ Abu Hurayrah ra meriwayatkan hadits, Rasulullah ﷺ bersabda:
الحَيَاءُ مِنَ الإِيْمَانِ وَالإِيْمَانُ فِيْ الجَنَّةِ وَالبَذَاءُ مِنَ الجَفَاءِ وَالجَفَاءُ فِيْ النَّارِ(رواه الإمام أحمد ورجاله رجال الصحيح، والترمذي وقال: حديث حسن صحيح.
_*“Malu itu sebagian dari iman. Dan iman di dalam surga. Ucapan kotor munculnya dari tabiat kasar, sedang tabiat kasar di dalam api neraka”.*_
(HR. Imam Ahmad. Orang-orangnya adalah orang-orang Shahih Bukhari. Dan riwayat Tirmidzi. Kata Tirmidzi: Hadits Hasan Shahih).
_*Malu mendapatkan kedudukan tinggi dalam Islam. Malu adalah sebagian dari antara cabang-cabang iman.*_ Abu Hurayrah ra meriwayatkan hadits, Rasulullah ﷺ bersabda:
الإِيْمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُوْنَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّوْنَ شُعْبَةً ، فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لاَإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيْقِ ، وَالحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الإِيْمَانِ. (رواه البخاري ومسلم)
_“Iman adalah tujuh puluh atau enam puluh cabang lebih. Cabang paling utama: *Laa ilaaha illallaah* – Tiada Tuhan selain Allah. Paling rendahnya adalah menyingkirkan gangguan di jalan. Malu adalah sebagian cabang iman”._ (HR. Bukhari dan Muslim).
_Mengingat besarnya perhatian Islam terhadap sifat malu, maka malu mendapat kedudukan istimewa dalam Islam dan para pemeluknya._ Zayd bin Thalhah bin Rakanah ra meriwayatkan hadits, Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّ لِكُلِّ دِيْنٍ خُلُقًا. وَخُلُقُ الإِسْلاَمِ الحَيَاءُ(رواه مالك وابن ماجة)
_*“Sesungguhnya setiap agama mempunyai akhlak. Akhlak Islam adalah malu”*_.
(HR. Malik dan Ibnu Majah)
_Dari besarnya perhatian Islam terhadap sifat malu, maka Islam menjadikan malu sebagai cabang iman. Bahkan lebih tinggi dari itu. Terbukti, dinyatakan bahwa adanya malu menunjukkan adanya iman seseorang. Tidak adanya malu menunjukkan tidak adanya iman seseorang._ Abdullah bin Umar ra meriwayatkan hadits, Rasulullah ﷺ bersabda:
الحَيَاءُ وَالإِيْمَانُ قُرَنَاءُ جَمِيْعًا . فَإِذَا رُفِعَ أَحَدُهُمَا رُفِعَ الآخَرُ
(رواه الحاكم وقال: صحيح على شرط الشيخين . ورواه الطبراني في الأوسط من حديث ابن عباس)
_“Malu dan Iman semuanya berpasangan. Apabila satu hilang, hilang pula yang lainnya”._
(HR. Al Hakim. Kata Al Hakim, Shahih atas Syarat Bukhari dan Muslim. Dan Thabrani di dalam Al Awsath dari hadits Ibnu Abbas ra).
_Maka orang berpuasa harus meninggalkan pembicaraan-pembicaraan kotor. Sebab semua jenis perkataan kotor dapat melenyapkan puasa dan karakternya. Puasa bukan sekedar tidak makan dan tidak minum. Puasa merupakan pendidikan moral dan penempaan keimanan, mendidik lisan, membersihkan batin dan meluruskan prilaku._ Begitulah tegas Abu Hurayrah ra, Rasulullah ﷺ bersabda:
لَيْسَ الصِّيَامُ مِنَ الأَكْلِ وَالشُّرْبِ إِنَّمَاالصِّيَامُ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ. فَإِنْ سَابَّكَ أَحَدٌ أَوْجَهِلَ عَلَيْكَ فَقُلْ إِنِّيْ صَائِمٌ إِنِّيْ صَائِمٌ(رواه ابن خزيمة وابن حبان والحاكم وقال: صحيح على شرط مسلم)
_“Puasa bukan sekedar meninggalkan makan dan minum._
_Tapi, puasa itu meninggalkan hal yang tidak bermanfaat dan perkataan kotor_.
_Maka, jika seseorang memakimu atau menengkarimu, katakanlah:_ _*Sesungguhnya aku berpuasa! Sesungguhnya aku berpuasa!”.*_
(HR. Ibnu Khuzaymah, Ibnu Hibban dan Al Hakim. Kata Al Hakim: Shahih atas syarat Muslim).
_Yang dapat menghilangkan puasa dan karakternya, antara lain adalah:_
_Perkataan yang tidak memberi manfaat_ _sekalipun tidak menimbulkan madarat_
_berteriak-teriak_
_cerewet_
_bertengkar_
_mencaci_
_memaki_
_ribut-ribut dan suka melakukan permusuhan.*_
_*Biang semua ini adalah mencaci dan memaki, sehingga semua bentuk kejahatan lainnya bermunculan.*_ _Karena itu Islam memberi peringatan keras kepada setiap muslim agar mereka tidak suka memaki, kapan saja dan di mana saja, lebih-lebih dalam waktu berpuasa._
_Sebab, apabila seorang berpuasa yang seharusnya tunduk dan disiplin mengikuti peraturan masih melanggar, pertanda dia tidak memperhatikan masa-masa penempaan ketaqwaan Ramadhan, dan menyepelekan janji ampunan dosa dan pelepasan dari api neraka._ _Bukankah orang berpuasa harus menahan diri dari makan dan minum, dan wajib menjaga dari hal-hal yang dapat menghapus puasa? Baik melalui perkataan, akhlak dan perilaku?_
Abu Sa’id Al Khudri ra meriwayatkan hadits, Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ وَعَرَفَ حُدُوْدَهُ وَتَحَفَّظَ مِمَّا يَنْبَغِيْ لَهُ أَنْ يَتَحَفَّظَ كُفِّرَ مَا قَبْلَهُ
(رواه ابن حبان في صحيحه و البيهقي)
_“Barangsiapa berpuasa dan mengetahui batas-batas ketentuan puasa, lalu menjaga diri dari apa yang sepantasnya dijaga, maka ditebuslah dosa-dosa yang sebelumnya”._ (HR. Ibnu Hibban dalam Shahihnya dan Bayhaqi)
_Maka setiap muslim haruslah menjaga diri dari hal yang dapat melenyapkan pahala puasa, baik melalui pembicaraan, prilaku, akhlak dan lain sebagainya sesuai petunjuk Rasulullah ﷺ di dalam hadits yang lalu. Hal yang amat disayangkan, sebagian kaum muslimin banyak yang tidak memperhatikan hal ini. Bahkan bisa kemungkinan anda melihat, ada saja seorang muslim di bulan Ramadhan akhlaknya amat jelek, lebih jelek dari pada sebelum Ramadhan. Karakternya lebih jorok, ucapannya lebih rusak, dan pembicaraannya lebih kotor. Ini terjadi karena mereka tidak mengerti puasa, dan tidak mengetahui hakekat puasa, sehingga mereka tidak dapat melaksanakan puasa yang diharapkan Islam. Mereka berpuasa sekedar tidak makan dan tidak minum sepanjang hari._ _Kemudian di malam hari mereka berpuas-puas dengan makan, minum, obrolan, ucapan cabul, teriakan, pertengkaran, perbuatan gaduh dan caci maki._ _Karena itu dia mendapatkan bagian puasa, sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ yang diriwayatkan Abu Hurayrah ra:_
رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الجُوْعُ وَالعَطَشُ . وَرُبَّ قَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ قِيَامِهِ السَّهَرُ
(رواه النسائي وابن خزيمة والحاكم وقال: صحيح على شرط البخاري)
_“Kadang-kadang seorang berpuasa, dari puasanya hanya mendapatkan lapar dan dahaga. Dan kadang-kadang seorang bangun (beribadah) malam, dari ibadahnya hanya mendapatkan bagian melek se-malaman saja”._
(HR. Nasaai, Ibnu Khuzaymah dan Al Hakim. Kata Al Hakim: Shahih atas syarat Bukhari).
اللَّهُمَّ ارْزُقْنَا التَّـأَدُّبَ بِآدَابِ الصَّائِمِيْنَ وَالتَّخَلُّقَ بِأَخْلاَقِهِمْ وَتَقَبَّلْ مِنّاَ صِياَمَنَا وَقِيَامَنَا وَأَعْتِقْ مِنَ النَّارِ رِقَابَنَا وَرِقَابَ آبَائِنَا وَأُمَّهَاتِنَا وَأَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ .
_Ya Allah, berilah kami rizki berperilaku seperti perilaku orang-orang berpuasa, dan berakhlak seperti akhlak mereka. Terimalah puasa kami, dan Qiyamul Layl kami. Dan lepaskanlah dari api neraka, kami, ayah, ibu, suami, isteri, dan anak –anak cucu kami; dengan rahmat-Mu hai Maha Penyayangnya semua penyayang._
وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَى خَاتَمِ أَنْبِيَائِهِ وَرُسُلِهِ سَيِّدنَِا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Oleh : KH. AHMAD SJINQITHY DJAMALUDIN
No comments:
Post a Comment