Indonesiaku

Semoga Menjadi Ilmu Yang Barokah..AamiinSemoga Menjadi Ilmu Yang Barokah..Aamiin

Thursday, 30 June 2016

KULTUM RAMADHAN MALAM KEDUAPULUH ENAM

KULTUM MALAM KEDUA PULUH ENAM

ِبسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ . وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلىَ الْمَبْعُوْثِ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آِلهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ
Malam ini kita telah sampai kepada Kultum Ramadhan Kedua puluh enam, sekaligus pada malam Kedua puluh enam pula. Semoga Allah senantiasa mengabulkan puasa dan amal ibadah lain kita semua. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan do’a.
Saudara-saudara! Bulan Ramadhan adalah bulan yang sarat dengan kebaikan, maghfirah dan rahmat. Lebih lagi pada malam yang sangat istimewa sekali, yaitu Laylatul Qadar, malam pengampunan dosa-dosa. Abu Hurayrah ra meriwayatkan, Nabi saw bersabda:
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ القَدْرِ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَاتَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ (رواه البخاري ومسلم)
“Barangsiapa bangun beribadah pada Laylatul Qadar dengan penuh iman dan ikhlas, diampuni baginya dosa yang telah lalu”       (HR. Bukhari dan Muslim)
Sebagai bukti besarnya fadhilah Laylatul Qadar ini, Allah menurunkan sebuah surat khusus dalam Al Qur’an dengan nama surat Al Qadr, menjelaskan fadhilahnya, yaitu:
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِيْ لَيْلَةِ القَدْرِ . وَمَا أَدْرَاكَ مَالَيْلَةُ القَدْرِ. لَيْلَةُ القَدُرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ . تَنَزَّلُ المَلاَئِكَةُ وَالرُّوْحُ فِيْهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ سَلاَمٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الفَجْرِ . (الفجر: 1-5)
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu, apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari pada seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu penuh kesejahteraan sampai terbit fajar”.    (QS. Al Qadr, 97:1-5)
Sebagaimana diterangkan dalam surat ini, bahwa keistimewaan Laylatul Qadar, adalah:
Malam itu malam diturunkan-Nya Al Qur’an.
Menurut Asy Sya’bi, malam itulah malam pertama kali Al Qur’an diturunkan.
Menurut Ibnu Abbas, Jibril membawa lengkap Al Qur’an dari Lauh Mahfuzh ke langit dunia ke Baytul ‘Izzah. Kemudian Jibril membawa turun ke bumi secara berangsur terpisah-pisah selama dua puluh tiga tahun.
Ayat kedua dari surat Al Qadr menunjukkan bahwa nilai keutamaan Laylatul Qadar tidak dapat diukur oleh kemampuan manusia. Karena itu, yang mengetahui ukuran semestinya keutamaan Laylatul Qadar hanya Allah swt. Allah hanya menyebutkan sebagian indikasi yang membuat kita lebih dekat saja memahami keutamaannya.
Malam yang penuh barokah ini lebih baik dari pada seribu bulan. Ada dua pengertian tentang ungkapan seribu bulan. Pertama: Mempunyai pengertian sebagaimana lazimnya, yaitu seribu bulan atau delapan puluh tiga tahun empat bulan.
Kedua: Seribu bulan berarti sepanjang tahun. Sebab orang Arab banyak mempergunakan istilah kata seribu dengan maksud bilangan tak terhingga. Demikian pula tentang nilai kebaikan Laylatul Qadar. Kebaikan yang ada pada Laylatul Qadar, lebih baik dari pada kebaikan dalam seribu bulan yang di dalamnya tidak terisi Laylatul Qadar. Ada pula pengertian lain, bahwa Allah membagi-bagikan limpahan kebaikan pada Laylatul Qadar, yang tidak ada perbandingannya dalam seribu bulan. Wallaahu A’lam.
Tertuang dalam ayat keempat surat Al Qadr, bahwa para malaikat dan Jibril as ketika itu turun karena melimpahnya barokah dan rahmat Allah. Seperti turunnya mereka ketika Al Qur’an dibaca, dan ketika meliputi pertemuan dzikir dan orang-orang yang sedang menuntut ilmu, menghampar-kan sayap sebagai tanda kehormatan kepada mereka. Begitulah menurut Ibnu Katsir dalam tafsirnya. Berbeda dengan Al Qurthubi dalam tafsirnya, bahwa para malaikat turun dari langit dan dari Sidratul Muntaha ke bumi, membaca Amien ketika orang-orang membaca do’a pada waktu Laylatul Qadar sampai terbit fajar.
Dalam ayat kelima diterangkan bahwa Laylatul Qadar adalah malam penuh kebaikan, ke-selamatan dan kesejahteraan sampai terbit fajar.
Kata Adh Dhahhak: Pada malam itu Allah hanya menakdirkan keselamatan. Sedang pada malam-malam yang lain tidak demikian. Mujahid berkata: Malam itu selamat sejahtera, karena syaitan tidak mampu berbuat jahat dan gangguan ketika itu.
Tentang Laylatul Qadar, ulama’ beragam pendapat. Bahkan Ibnu Hajar di dalam Fathul Bari IV, 262-266 (Darul Ma’rifah Beirut) telah berhasil mengumpulkan penemuan-penemuan ulama’ berikut sumber mereka masing-masing, sehingga tidak kurang dari empat puluh enam pendapat. Antara lain ialah:
1. Laylatul Qadar, menurut pendapat yang paling kuat, adalah pada malam dua puluh tujuh Ramadhan, berdasarkan hadits riwayat Zirr bin Hubaysy, dia pernah menanyakan pernyataan Ibnu Mas’ud ra kepada Ubay bin Ka’b ra: “Barangsiapa bangun malam beribadah sepanjang tahun, maka dia akan mendapatkan Laylatul Qadar”. Jawab Ubay: Maksud Ibnu Mas’ud ra berkata demikian, agar orang-orang tidak mengandalkan satu waktu saja. Sebenarnya dia sudah tahu, kalau Laylatul Qadar itu di bulan Ramadhan, di dalam sepuluh malam akhir. Yaitu pada tanggal dua puluh tujuh. Kemudian Ibnu Mas’ud ra bersumpah tegas, kalau Laylatul Qadar itu malam dua puluh tujuh. Kata Ubay: Dengan apa anda ketahui hai Abul Mundzir, bahwa Layltul Qadar itu malam dua puluh tujuh? Jawabnya: Dengan tanda yang diberitahu Rasulullah saw, bahwa hari itu matahari terbit tanpa sinar kuat. (HR. Muslim dalam Shahihnya, Imam Ahmad dalam Musnadnya dan Timidzi dalam Al Jami’nya. Kata Tirmidzi: Hadits Hasan Shahih).
Ibnu Katsir dalam Tafsirnya berkata: Dalam hal ini ada pula riwayat lain, dari Mu’awiyah, dari Ibnu Umar, dari Ibnu Abbas ra dan lainnya, dari Rasulullah saw, bahwa Laylatul Qadar adalah malam dua pulu tujuh. Riwayat ini acuan sekelompok kaum Salaf, sekaligus pilihan Imam Ahmad bin Hanbal رحمه الله dan Pendapat Abu Hanifah رحمه الله dalam satu riwayat (pen).
2. Laylatul Qadar, malam dua puluh satu, berdasarkan hadits Abu Sa’id Al Khudri ra, bahwa Rasulullah saw pernah bermimpi bersujud ke air berlumpur di malam Laylatul Qadar. Kata Abu Sa’id Al Khudri ra: Kenyataannya, pernah pada malam dua puluh satu Ramadhan turun hujan. Kebetulan masjid bocor di tempat Rasulullah saw shalat. Ketika itulah kulihat beliau pulang selesai mengerjakan shalat Shubuh, wajahnya basah dengan air berlumpur. (HR. Bukhari dan Muslim. Syafi’i berkata: Hadits ini paling shahih riwayatnya).
3. Laylatul Qadar, malam dua puluh tiga berdasarkan hadits dari Abdullah bin Unays ra riwayat Muslim, senada dengan hadits Abu Sa’id Al Khudri ra yang baru lalu.
Laylatul Qadar, malam dua puluh empat, berdasarkan hadits Abu Sa’id ra, Rasulullah saw bersabda:
لَيْلَةُ القَدْرِ لَيْلَةَ أَرْبَعٍ وَعِشْرِيْنَ  (أخرجه أبو داود الطيالسي بإسناد رجاله ثقات والإمام أحمد في مسنده)
“Laylatul Qadar pada malam dua puluh empat”
(HR. Abu Dawud Ath Thayalisi dengan isnad, orang-orangnya Tsiqat. Diriwayatkan pula oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya)
Laylatul Qadar malam dua puluh lima, malam dua puluh sembilan dan lain sebagainya. Semua ini dapat diulang kembali dalam kitab Fathul Bari Syarah Shahih Bukhari.
Hanya pendapat yang paling kuat untuk dibuat acuan adalah malam-malam pada sepuluh hari terakhir Ramadhan, sesuai hadits Aisyah ra:
كَانَ رَسُوْلُ اللَّهِ ( يُجَاوِرُ فِي العَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ وَيَقُوْلُ: تَحَرَّوْا لَيْلَةَ القَدْرِ فِيْ العَشُرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ.
      (أخرجه البخاري ومسلم)
Rasulullah saw biasa beri’tikaf pada sepuluh hari akhir Ramadhan, dan bersabda: “Carilah Laylatul Qadar pada sepuluh hari akhir Ramadhan”.
(HR. Bukhari dan Muslim)
Malam-malam favorit dari sepuluh malam akhir ini adalah malam-malam ganjil-nya, yaitu malam dua puluh satu, dua puluh tiga, dua puluh lima, dua puluh tujuh dan dua puluh sembilan. Perlu diketahui, ada sebagian imam madzhab berpendapat, bahwa datangnya Laylatul Qadar pada sepuluh malam akhir setiap tahun, berpindah-pindah. Begitulah keterangan Malik, Ats Tsawri, Ahmad, Ishaq dan lainnya. Jelasnya Allah belum pernah memberitahu kita, malam apakah Laylatul Qadar. Hal ini, memberi kita motivasi untuk bersungguh-sungguh dalam beribadah pada malam-malam lain dalam bulan Ramadhan, sehingga pahala kita lebih besar dan lebih melimpah. Itulah rahmat Allah untuk kita. Do’a yang paling utama dalam Laylatul Qadar, adalah do’a riwayat Aisyah ra, ketika bertanya kepada Rasulullah saw: Beritahukanlah saya, jika saya mengetahui Laylatul Qadar. Apa yang akan saya baca pada waktu itu? Beliau bersabda: Ucapkanlah:
اللَّهُمَّ أِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ العَفْوَ فَاعْفُ عَنِّيْ
(رواه الترمذي وقال: حديث حسن صحيح . ورواه الإمام أحمد في مسنده والنسائي وابن ماجة والحاكم وقال: صحيح على شرط الشيخين)
“Allaahumma inna-Ka ‘Afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘annaa - Hai Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf, menyenangi maaf. Maka maafkanlah aku”

(HR. Tirmidzi, Imam Ahmad dalam Musnadnya, Nasaai, Ibnu Majah dan Al Hakim. Kata Tirmidzi: Hadits Hasan Shahih. Kata Al Hakim, hadits ini atas syarat Bukhari Muslim).
اللَّهُمَّ أِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ العَفْوَ فَاعْفُ عَنَّا يَا عَفُوُّ يَا غَفُورُ.
“Allaahumma inna-Ka ‘Afuwwun tuhibbu ‘afwa fa’fu ‘annaa yaa ‘Afuwwu yaa Ghafuur _Wahai Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf menyenangi maaf. Mmmaka maafkanlah kami hai Yang Maha Pemaaf , hai Yang Maha Pengampun”._

وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَى خَاتَمِ أَنْبِيَائِهِ وَرُسُلِهِ سَيِّدنَِا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

Oleh : KH. AHMAD  SJINQITHY DJAMALUDIN

No comments:

Post a Comment