Indonesiaku

Semoga Menjadi Ilmu Yang Barokah..AamiinSemoga Menjadi Ilmu Yang Barokah..Aamiin

Friday, 17 June 2016

KULTUM RAMADHAN MALAM KEDUA BELAS

*KULTUM MALAM KEDUA BELAS*

ِبسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. وَ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى الْمَبْعُوْثِ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَ َأصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ.
Malam ini kita telah sampai kepada Kultum Ramadhan Kedua belas, sekaligus pada malam Kedua belas pula tentang keimanan selama bulan Ramadhan. Semoga Allah senantiasa mengabulkan puasa dan amal ibadah lain kita semua. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan doa.
Saudara-saudara! Pembicaraan kita kali ini, masih tetap dalam topik keimanan, mengkaji hadits Salman ra tentang keutamaan bulan Ramadhan. *(Ulangi hadits pada Kultum Kedua)* Rasulullah ﷺ menegaskan dalam hadits yang diriwayatkan Ibnu Khuzaymah dari  Salman ra:
وَهُوَ شَهْرُ الصَّبْرِ وَالصَّبْرُ ثَوَابُهُ اْلجَنَّةُ وَشَهْرُ اْلمُوَاسَاةِ وَشَهْرٌ يُزَادُ فِيْهِ رِزْقُ اْلمُؤْمِنِ
*“Bulan Ramadhan adalah bulan kesabaran, sedang kesabaran pahalanya adalah surga. Disebut pula bulan peduli sosial. Bulan membuat orang mu'min semakin bertambah rizkinya”.*
_Dalam hadits ini Rasulullah ﷺ menyebutkan bahwa bulan Ramadhan adalah bulan peduli  sosial, menghibur  dan membuat orang lain bahagia (muwaasaat)._ _Ungkapan ini amat sederhana tapi penuh arti dan sarat dengan unsur akhlak mulia yang mampu membentuk kehidupan masyarakat muslim apabila dihayati dan konsis. Maka Ramadhan merupakan sebuah lembaga pendidikan yang mampu menempa umat beriman dan bertaqwa, konsis mengimplementasikan ketaqwaan dan iman dengan segala cabangnya (Baca buku Bingkisan Seberkas 77 Cabang Iman Amar press 1989 Surabaya)._
_Di dalam Islam, *muwaasaat mempunyai kedudukan tinggi,* karena Islam sangat mementingkan pembentukan design bangunan  masyarakat muslim yang kuat, tangguh dan sinergis, *dengan perekat ukhuwwah dan mahabbah, dikemas dalam ihsan, tanggung jawab bersama (takaful) dan sayang menyayangi (tarahum).*_ Semboyan mereka adalah sabda Rasulullah ﷺ:
لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ ِلأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
_“Tidaklah beriman seseorang di antara kamu, sehingga dia mencintai saudaranya sebagaimana mencintai dirinya sendiri”._
Setimulan mereka firman Allah swt:
وَتَعَاوَنُوْا عَلَى اْلبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلاَتَعَاوَنُوْا عَلَى اْلإِثْمِ وَاْلعُدْوَانِ
_*“Dan bergotong royonglah untuk berbuat kebajikan dan taqwa. Janganlah bergotong royong untuk berbuat dosa dan permusuhan”.*_
Maka wujud mereka seperti yang disabdakan Rasulullah ﷺ:
مَثَلُهُ كَمَثَلِ اْلجَسَدِ اْلوَاحِدِ . إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالْحُمَّى وَ اْلسَّهَرِ
_Orang mu’min bagaikan satu tubuh. Apabila sebagian dari anggauta tubuh sakit, merambatlah ke seluruh tubuh lainnya, menjadi demam dan tidak bisa tidur._
_*Untuk mencapai masyarakat madani mulia ini, Islam menempuh beberapa jalan penempaan jiwa setiap komponen masyarakat.*_ _Maka diciptakanlah berbagai jalan tempuh untuk membuat hati mereka saling bertanggung jawab *(takaaful)* dan sayang menyayangi. Baik melalui legislasi yang wajib dijalankan *(fardhu)*, atau anjuran yang harus dilaksanakan *(sunnah muakkadah)*, bahkan bimbingan yang hanya sebaiknya dilakukan *(mustahab)*. Mereka diberi motivasi agar cenderung melakukan apa saja yang membawa mereka berakhlak dan berperilaku mulia sesuai kemampuan masing-masing, dengan amal baik dan akhlak sempurna._
*_Dari situlah terasa ni`matnya muwaasaat dari pada lainnya._* _Besar sekali dampak positif dalam menciptakan masyarakat madani mulia, penuh kasih sayang, bekerja sama melakukan kebajikan dan taqwa_.
_Di antara medan penting muwaasaat adalah shilaturrahim dan perilaku baik terhadap kaum kerabat._
 _Islam amat perhatian kepada umatnya untuk memperkuat ikatan keluarga dan kaum kerabat, lebih-lebih dalam bulan peduli sosial._ _*Diperkuatlah kebiasaan ziarah yang berkesinambungan, saling bantu membantu dengan penuh kasih sayang, menciptakan perdamaian dengan penuh kesetiaan dan musyawarah, bermuka manis, bertutur kata baik, saling berbagi rasa ketika sedih dan bahagia.*_
_Mengingat keluarga merupakan komponen masyarakat majmuk, maka keluarga ideal sangat dominan dalam membentuk masyarakat ideal pula._ Demikian pula sebaliknya. Sebab itu, Rasulullah ﷺ _*selalu mengaitkan iman dengan shilaturrahim*_ antara lain bersabda:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ اَلآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ       (رواه البخاري ومسلم ) عن أبي هريرة (
*“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhirat, hendklan ia menghormati tamunya. Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhirat hendaklah ia mempererat tali hubungan keluarganya (shilaturrahim). Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhirat hendaklah ia berkata baik atau diam saja”*.
(HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurayrah ra). *Melakukan shilaturrahim, membuat bahagia dan melipur lara kaum kerabat adalah merupakan sifat-sifat terpuji di dunia dan mendapatkan pahala besar di akhirat. Di dunia menjadi penyebab murah rizki dan anak cucu.*
Begitulah Ibnu Abbas ra meriwayatkan dari Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّ اللهَ لَيُعَمِّرُ بِاْلقَوْمِ الدِّيَارَ وَيُثْمِرُ لَهُمُ اْلأَمْوَالَ وَمَا نَظَرَ إِلَيْهِمْ مُنْذُ خَلَقَهُمْ بُغْضًا لَهُمْ. قِيْلَ: وَكَيْفَ ذَاكَ يَا رَسُوْلَ اللهِ ؟ قَالَ: لِصِلَتِهِمْ أَرْحَامَهُمْ .(رواه الطبراني بإسناد حسن والحاكم)
_“Sesungguhnya Allah benar-benar meramaikan perkampungan dengan suatu kaum dan melimpahkan harta untuk mereka. Allah tidak memandang mereka dengan kebencian, sejak mereka diciptakan-Nya_. Beliau ditanya: _Bagaimana bisa terjadi demikian hai Rasulullah?_ Beliau menjawab: *_Karena mereka bershilaturrahim”._*
(HR. Thabrani dengan Isnad Hasan, dan riwayat Al-Hakim).      
*Bahkan bukan ini saja, melainkan barakah dari Allah meliput harta dan anak keturunan sepanjang umur. Karena itu, Allah memberi bonus panjang umur kepada orang yang suka bershilaturrahim, membuat kaum kerabatnya bahagia dan terhibur.*
Dalam hadits Anas ra, dari Nabi ﷺ bersabda:
مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِيْ رِزْقِهِ وَأَنْ يُنْسَأَ لَهُ فِيْ أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ (رواه البخاري ومسلم)
_*Barangsiapa suka dipermurah rizkinya dan diper-panjang umurnya, hendaklah ia mempererat tali shilaturrahim*_
(HR. Bukhari dan Muslim)
_Ini baru bonus di dunia. Di akhirat lain lagi. Muwaasaat dan shilaturrahim merupakah jalan penghantar ke surga_.
Abu Ayyub ra meriwayatkan hadits, bahwa seorang Arab dusun pernah menghadap Rasulullah ﷺ ketika beliau sedang dalam perjalanan. Orang itu lalu memegang tali kekang kendaraan beliau seraya berkata:
يَا رَسُوْلَ اللهِ أَوْ يَا مُحَمَّدُ ! أَخْبِرْنِيْ بِمَا يُقَرِّبُنِيْ مِنَ اْلجَنَّةِ وَيُبَاعِدُنِيْ مِنَ النَّارِ. قَالَ: فَكَفَّ النَّبِيُّ ( ثُمَّ نَظَرَ فِيْ أَصْحَابِهِ ثُمَّ قَالَ: لَقَدْ وُفِّقَ أَوْ لَقَدْ هُدِيَ . قَالَ: كَيْفَ قُلْتَ؟ قَالَ: فَأَعَادَهَا . قَالَ النَّبِيُّ (: تَعْبُدُ اللهَ وَلاَ تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا وِتُقِيْمُ الصَّلاَةَ وَتُؤْتِي الزَّكَاةَ وَتَصِلُ الرَّحِمَ (رواه البخاري ومسلم)
_*“Hai Rasulullah! Atau Hai Muhammad! Beritahukan kepadaku sesuatu yang membuatku dekat ke surga dan jauh dari neraka.*_
Kata Abu Ayyaub: _Mendengar itu Nabi ﷺ diam, lalu memandang para shahabat. Selanjutnya beliau bersabda:Sungguh orang itu telah mendapat taufik atau hidayat_. Kemudian beliau bertanya: _Bagaimana katamu?.  Setelah orang itu mengulangi ucapannya, beliau bersabda: _Kamu menyembah Allah, tidak menyekutukan sesuatu dengan Dia; mendirikan shalat; mengeluarkan zakat dan mempererat tali shilaturrahim._   (HR. Bukhari dan Muslim)
*Harus dimengerti!*

_*Apabila pahala shilaturrahim dapat diperoleh di dunia dan di akhirat, maka sudah pasti hukuman seorang yang memutuskannya pun di peroleh di dunia dan di akhirat, sesuai dengan berat dan besarnya dosa memutuskan tali shilaturrahim itu sendiri. Sebab memutuskan tali shilaturrahim, telah melepaskan ikatan-ikatan kuat yang harus diperkuat di dalam komponen komunitas masyarakat muslim, bahkan membuat rapuhnya kerekatan elemen-elemen bangunan yang sudah tangguh itu menjadi terkelupas.*_
Maka Allah peringatkan agar siapapun jangan sampai memutuskan tali shilaturrahim, sebagaimana dalam firman-Nya:
وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ . إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا (النساء :1)
_“Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta satu sama lainnya, dan pelihara-lah hubungan shilaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu_.      (QS, An Nisaa,4: 1)
_Rasulullah ﷺ menjelaskan bahwa hukuman seorang yang memutuskan tali shilaturrahim diberikan sejak di dunia._
Abu Bakrah ra meriwayatkan hadits dari Nabi ﷺ  bersabda:
مَا مِنْ ذَنْبٍ أَجْدَرَ أَنْ يُعَجِّلَ اللهُ لِصَاحِبِهِ العُقُوْبَةَ فِي الدُّنْيَا مَعَ مَا يَدَّخِرُ لَهُ فِي اْلآخِرَةِ مِنَ الْبَغْيِ وَقَطِيْعَةِ الرَّحِم
(رواه الترمذي وقال حديث حسن صحيح وابن ماجة والحاكم وقال صحيح الإسناد) .
_“Tiadalah suatu dosa yang paling pantas dipercepat hukumannya di dunia oleh Allah berikut pula hukuman yang masih disimpan untuk dia di akhirat, dari pada prostitusi dan memutuskan hubungan shilaturrahim”._
(HR. Tirmidzi, Ibnu Majah dan Al Hakim. Kata Tirmidzi: Hadits Hasan Shahih. Kata Al  Hakim: Shahihul Isnad).
*Hukuman di dunia boleh jadi bervariasi, seperti*:
_Amal kebajikannya tidak diterima Allah. Kalau demikian, maka hal ini merupakan musibah besar, karena orang itu menjadi orang pailid di akhirat kelak_.
Abu Hurayrah ra meriwayatkan sabda Nabi ﷺ:
إِنَّ أَعْمَالَ بَنِيْ آدَمَ تُعْرَضُ كُلَّ خَمِيْسٍ لَيْلَةَ اْلجُمُعَةِ فَلاَ يُقْبَلُ عَمَلُ قَاطِعِ رَحِمٍ (رواه الإمام أحمد ورواته ثقات)
_*“Sesungguhnya amal perbuatan manusia dihadapkan kepada Allah setiap Kamis malam Jum’at. Maka tidak diterima amal seorang yang memutuskan tali shilaturrahim”*_. (HR.Imam Ahmad. Para perawinya Tsiqat).
*Selagi seorang memutuskan tali shilaturrahim pasti dia dijauhkan dari rahmat Allah.* Abu Hurayrah ra meriwayatkan hadits Nabi ﷺ bersabda:
إِنَّ اللهَ خَلَقَ اْلخَلْقَ حَتَّى إِذَا فَرِغَ مِنْهُمْ قَامَتِ الرَّحِمُ فَقَالَتْ: هَذَا مَقَامُ اْلعَائِذِ بِكَ مِنَ اْلقَطِيْعَةِ. قَالَ: نَعَمْ . أَمَا تَرْضَيْنَ أَنْ أَصِلَ مَنْ وَصَلَكِ وَأَقْطَعَ مَنْ قَطَعَكِ؟ قَالَتْ: بَلَى. قَالَ: فَذَلِكِ لَكِ .ثُمَّ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: فَاقْرَأُوْا إِنْ شِئْتُمْ : فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِن تَوَلَّيْتُمْ أَنْ تُفْسِدُوْا فِيْ اْلأَرْضِ وَتَقَطَّعُوْا أَرْحَامَكُمْ . أُولَئِكَ الَّذِيْنَ لَعَنَهُمُ اللهُ فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَى أَبْصَارَهُمْ    (محمد: 22 – 23) [
رواه البخاري ومسلم]
_“Sesungguhnya Allah menciptakan makhluk. Setelah selesai, rahim berdiri seraya berkata:“Inilah tempat orang yang berlindung kepada-Mu dijauhkan dari memutuskan tali shilaturrahim”. Allah menjawab: “Ya. Tidak senagkah kamu, kalau ِAku mempererat hubungan dengan orang yang mempererat hubungan denganmu, dan Aku memutuskan hubungan dengan orang yang memutuskan hubungan denganmu?. Jawab rahim: Ya. Allah ber-firman: Itulah hakmu. Selanjutnya Rasulullah ﷺ bersabda: Bacalah firman Allah sesukamu , yaitu: Dan apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka_.QS. Muhammad, 47: 22 – 23)”. ) HR, Bukhari dan Muslim}
_*Mengenai hukuman di akhirat, seorang yang memutuskan tali shilaturrahim (soker-bhs Madura) diharamkan masuk surga.*_ Jubayr bin Muth’im ra pernah mendengar Nabi ﷺ bersabda:
لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعٌ (رواه البخاري ومسلم والترمذي)ز قال سفيان: يعني قاطع رحم.
_“Tidak masuk surga orang yang memutuskan tali shilaturrahim”._
(HR. Bukhari, Muslim dan Tirmidzi)

_Hatta sekalipun ada seorang muslim menjalin hubungan erat tali shilaturrahim, tapi ternyata dia tidak mendapatkan respon positif dari pihak keluarga yang dimaksud. Bahkan mungkin semakin dijawab dengan pemutusan hubungan persaudaraan umpamanya, yaitu *_air susu dibalas dengan air tuba_*. _Seorang muslim yang sudah ditempa dalam training keimanan Ramadhan sebulan penuh dalam bulan muwaasaat bulan peduli sosial ini, dia akan tetap memperkuat tali shilaturrahim serta membuat orang lain bahagia utama sekali kaum kerabatnya. _*Dilakukan demikian, karena dia men-jalankan perintah Allah untuk mendapatkan pahala, bukan untuk mendapatkan balasan dari keluarga dan kaum kerabat.*_ Senada dengan itu Abdullah bin Amr bin Ash ra meriwayatkan hadits Rasulullah          ﷺ bersabda:
لَيْسَ الْوَاصِلُ بِالْمُكَافِئِ وَلَكِنَّ الْوَاصِلَ الَّذِيْ إِذَا قُطِعَتْ رَحِمُهُ وَصَلَهَا   (رواه البخاري وأبوداود والترمذي)
_“Orang yang mempererat tali shilaturrahim, bukan orang yang berbalas-balasan pemberian. Tapi, orang yang mempererat tali shilaturrahim adalah, _*apabila tali hubungan kekeluargaannya diputus, orang itu menyambungnya kembali”.*_
Dalam hal ini pula Abu Hurayrah ra meriwayatkan hadits, bahwa seorang laki-laki datang berkata:
يَا رَسُوْلَ اللهِ! إِنَّ لِيْ قَرَابَةً أَصِلُهُمْ وَيَقْطَعُوْنَنِيْ وَأُحْسِنُ إِلَيْهِمْ وَيُسِيْئُوْنَ إِلَيَّ وَأَحْلُمُ عَنْهُمْ وَيَجْهَلُوْنَ عَلَيَّ. فَقَالَ : لَئِنْ كُنْتَ كَمَا قُلْتَ فَكَأَنَّمَا تُسِفُّهُمُ الْمَلَّ وَلاَ يَزَالُ مَعَكَ مِنَ اللهِ ظَهِيْرٌ عَلَيْهِمْ مَا دُمْتَ عَلَى ذَلِكَ          (رواه مسلم)                
_“Hai Rasulullah! Saya mempunyai kaum kerabat yang saya pererat pertalian kekekuargaan bersama mereka. Tapi mereka malah memutuskan pertalian dengan saya. Saya tetap memperlakukan mereka dengan baik, tapi mereka memperlakukan saya dengan jelek. Saya berusaha sabar dan tabah terhadap perlakuan mereka tapi mereka tidak tahu menahu terhadap saya_. Lalu beliau bersabda: *_Kalau benar seperti yang kamu katakan, maka kamu tak ubahnya yang memberi makan bara api kepada mereka. Allah senantiasa memberi pertolongan bersama kamu selagi kamu tetap memperlakukan mereka demikian”._*
(HR. Muslim)
*_Rasulullah ﷺ mengumpamakan orang yang memutuskan tali kekeluargaan dengan seorang yang memakan bara api. Walaupun dosa memutuskan tali shilaturrahim amat besar,  bagi yang memperlakukannya dengan baik tidak berpengaruh negatif sama sekali, sekalipun ia dibalas dengan kejahatan_*
وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَى خَاتَمِ أَنْبِيَائِهِ وَرُسُلِهِ سَيِّدنَِا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

No comments:

Post a Comment