KULTUM MALAM KEDUA PULUH SEMBILAN
ِبسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ . وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلىَ الْمَبْعُوْثِ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آِلهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ
Malam ini kita telah sampai kepada Kultum Ramadhan Kedua puluh sembilan, sekaligus pada malam Kedua puluh sembilan pula. Semoga Allah senantiasa mengabulkan puasa dan amal ibadah lain kita semua. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan do’a.
Saudara-saudara! Malam ini mari kita ungkap kandungan firman Allah swt:
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوُا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ (البقرة: 183)
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu puasa sebagaimana diwajibkan kepada orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa”. (QS. Al Baqarah, 2: 183)
Tujuan puncak wajib puasa adalah taqwa, sebagaimana disinyalir Allah dalam ayat di atas. Sudah beberapa hari kita berpuasa dalam bulan Ramadhan ini, dan sudah beberapa malam kita melaksanakan Qiyamul Layl selama Ramadhan ini.
Lalu tanyakanlah kepada hati kita masing-masing. Sudah sampaikah kita kepada taqwa tujuan puasa yang difirmankan Allah tadi?
Inilah pertanyaan yang harus dihayati setiap muslim dalam masa-masa akhir Ramadhan ini, agar mengetahui kwalitas dirinya dalam menempuh pendidikan Ramadhan ini. Berhakkah dia menyandang predikat dan ijazah taqwa?! Kalau tidak sukses, gagal dia dan tidak lulus menempuh pendidikan ini.
Sebagai barometer, perlu kita mengetahui taqwa. Apakah taqwa?
Jawabnya: Kata taqwa, pada dasarnya adalah sekat yang dapat menjadi pelindung seorang hamba Allah dari apapun yang ditakuti atau dikhawatiri . Dengan kata lain adalah, suatu sekat penyelamat seorang hamba dari azab dan murka Allah. Hal ini dapat dicapai dengan melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
Batas Minimal Dan Batas Puncak Taqwa.
1. Batas minimal taqwa adalah melaksanakan perintah wajib dan meninggalkan yang haram.
- Umar bin Abdul Aziz ra berkata: Taqwa bukan dengan puasa di siang hari, bukan pula dengan Qiyamul Layl atau dengan melakukan kedua-duanya. Akan tetapi, taqwa itu meninggalkan perkara haram dan melaksanakan perkara wajib. Barangsiapa mendapat anugerah kebaikan lebih dari itu, maka berarti telah mendapatkan kebaikan melimpah.
- Hasan Bashri رحمه الله berkata: Orang bertaqwa adalah orang yang berlindung dari sesuatu yang diharamkan dan melaksanakana sesuatu yang diwajibkan.
- Abu Hurayrah ra pernah ditanya tentang taqwa. Lalu kata Abu Hurayrah ra kepada orang itu: Pernahkah kamu menempuh jalan berduri? Jawab orang itu: Ya. Tanya Abu Hurayrah ra: Lalu, bagaimana tindakanmu? Jawabnya: Apabila aku mendapatkan duri, maka aku menjauh, atau melangkahinya, atau minggir dan menghindarinya. Kata Abu Hurayrah ra: Itulah yang disebut taqwa. Maksud Abu Hurayrah ra: Taqwa adalah menjauhi sesuatu yang diharamkan Allah. Sudah dimaklumi, melaksanakan sesuatu yang diwajibkan Allah berarti menjauhi yang diharamkan-Nya. Karena, tidak melaksanakan sesuatu yang diwajibkan Allah haram hukumnya, sebagaimana menjauhi perkara haram adalah wajib hukumnya.
Puncak taqwa, Allah menjelaskan:
يَاأََيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْ اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ (آل عمران: 102)
“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah sebenar-benar taqwa. Dan janganlah sekali-kali kamu mati, kecuali dalam keadaan beragama Islam”. (QS. Ali Imran, 3: 102)
Ibnu Mas’ud ra dalam tafsirnya berkata: Hendaklah Allah ditaati jangan didurhakai, diingat jangan dilupakan dan disyukuri jangan diingkari.
Ada yang bertanya: Mampukah manusia berbuat demikian?
Allah menjawab maksud ayat itu dalam firman-Nya:
فَاتَّقُوْا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ ( التغابن: 16)
“Dan bertaqwalah kamu kepada Allah menurut kemampuanmu”
(QS. At Taghabun, 64: 16)
Imam Nawawi berkata: Ayat ini merupakan penegas maksud ayat di atas (Ali Imran, 3: 102)
Termasuk batas puncak taqwa, adalah taqwa yang seutuhnya, sebagaimana kata Al Hafizh Ibnu Rajab Al Hanbali رحمه الله, yaitu: Melaksanakan kewajiban dan meninggalkan larangan. Termasuk pula melaksanakan perkara sunnat dan meninggalkan perkara makruh. Itulah puncak derajat taqwa. (pen).
Abud Darda’ ra berkata: Sempurnanya taqwa, seseorang bertaqwa kepada Allah sehingga dalam hal yang sekecil atompun. Kalau diragukan halal atau haram, maka dia tinggalkan karena dikhawatirkan haram (pen).
Ucapan Abud Darda’ ra ini diperkuat hadits Rasulullah saw:
لاَيَبْلُغُ العَبْدُ أَنْ يَكُوْنَ مِنَ المُتَّقِيْنَ حَتَّى يَدَعَ مَالاَبَأْسَ بِهِ حَذَرًا مِمَّا بِهِ بَأْسٌ (رواه الترمذي وابن ماجة والحاكم عن عطية السعدي ، وقال الترمذي: حسن غريب)
“Seorang hamba tidak dapat sampai kepada derajat kaum muttaqin, sehingga dia meninggalkan sesuatu yang dipandangnya boleh-boleh saja, karena khawatir hal itu tidak boleh”.
(HR. Tirmidzi, Ibnu Majah dan Hakim dari Athiyyah As Sa’di. Kata Tirmidzi: Hasan Gharib)
Barangsiapa di dalam masa pendidikan Ramadhan ini mencapai batas minimal derajat taqwa, maka beruntunglah dia dan berarti telah lulus mengikuti jenjang pendidikan Ramadhan. Dan barangsiapa mencapai puncak derajat taqwa, maka sangat beruntunglah dia karena telah mencapai nilai Mumtaz – istemewa- dan kesuksesan yang gemilang dalam menempuh pendidikan Ramadhan ini.
Ciri seorang sukses menempuh pendidikan Ramadhan adalah, setelah Ramadhan orang ini ibadahnya lebih baik dari pada dalam bulan Ramadhan, lebih kuat berpegang kepada hukum Allah, tidak melanggar larangan Allah walau amat mengagumkan, kuat hati dan menahan hawa nafsu. Sebagaimana pula, ciri seseorang yang gagal menempuh pendidikan Ramadhan, setelah Ramadhan dia kembali kepada sifat sebelum Ramadhan, lalai, lengah, bersembalewa, kurang memperhatikan kewajiban syara’ serta suka mendekati dosa dan kejelekan. Orang inilah seperti yang dikatakan Jibril عليه السلام:
مَنْ أَدْرَكَ شَهْرَ رَمَضَانَ فَلَمْ يُغْفَرْ لَهُ فَدَخَلَ النَّارَ فَأَبْعَدَهُ اللهُ. فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: آمِيْنَ (رواه ابن حبان وابن خزيمة في صحيحيهما)
“Barangsiapa mendapatkan Ramadhan, lalu dia tidak diampuni sampai masuk neraka, semoga saja Allah menjauhkan Ramadhan dari padanya. Rasulullah saw mengucapkan: Amien”
(HR. Ibnu Hibban dan Ibnu Khuzaymah dalam Shahih keduanya).
Kepada saudara-saudara yang sukses dalam menempuh pendidikan Ramadhan ini, saya mengucapkan selamat dan berbahagialah mereka, karena mereka dalam kelompok orang-orang bertaqwa. Siapakah orang-orang bertaqwa? Mereka dijelaskan Allah:
Para kekasih yang disayangi dan dicintai Allah.
إِنَّ اللهَ يُحِبُّ المُتَّقِيْنَ (التوبة: 4)
" Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaqw".
(At Taubah, 9: 4)
Mereka disertai Allah
وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ مَعَ المُتَّقِيْنَ (التوبة: 36)
“Ketahuilah bahwa Allah bersama orang-orang bertaqwa”
(QS. At Taubah, 9: 36)
Maksudnya, Allah bersama mereka, dengan bimbingan taufik, hidayah, perlindungan, dan penjagaan-Nya.
Mereka para Awliyaullah (para pembela Allah)
إِنْ أَوْلِيَاؤُهُ إِلاَّ المُتَّقُوْنَ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لاَيَعْلَمُوْنَ (الأنفال: 34)
“Tiadalah para pembela Allah melainkan orang-orang yang bertaqwa. Hanya kebanyakan mereka tidak mengetahui”. (QS. Al Anfal, 8:34)
وَاللهُ وَلِيُّ المُتَّقِيْنَ (الجاثية: 19)
“Allah pelindung orang-orang yang bertaqwa”. (QS. Al Jatsiyah, 45:19)
Orang-orang bertaqwa sukses karena rahmat Allah عز وجل
وَهَذَا كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ مُبَارَكٌ فَاتَّبِعُوْهُ وَاتَّقُوْهُ لَعَلَكُمْ تُرْحَمُوْنَ (الأنعام : 155)
“Dan Al Qur’an ini adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertaqwalah agar kamu diberi rahmat”. (QS. Al An’am, 6: 155)
وَرَحْمَتِيْ وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ فَسَأَكْتُبُهَا لِلَّذِيْنَ يَتَّقُوْنَ وَيُؤْتُوْنَ الزَّكَاةَ وَالَّذِيْنَ هُمْ بِآيَاتِنَا يُؤْمِنُوْنَ (الأعراف: 156)
“Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertaqwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami”. (QS. Al A’raf, 7: 156)
Allah memberi bantuan kepada orang-orang bertaqwa.
بَلَى إِنْ تَصْبِرُوُا وَتَتَّقُوْا وَيَأْتُوْكُمْ مِنْ فَوْرِهِمْ هَذَا يُمْدِدْكُمْ رَبُّكُمْ بِخَمْسَةِ آلاَفٍ مِنَ المَلاَئِكَةِ مُسَوِّمِيْنَ (آل عمران: 125)
“Ya, jika kamu bersabar dan bertaqwa dan mereka datang menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu Malaikat yang memakai tanda”. (QS. Ali Imran, 3: 125)
Di antara buah taqwa, adalah dihapusnya dosa-dosa kejelekan.
وَمَنْ يَتَّقِ اللهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعَظِّمْ لَهُ أَجْراً (الطلاق: 5)
“Dan barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya, dan akan melipatgandakan pahala baginya”. (QS. Ath Thalaq, 65:5)
Dapat membedakan antara yang hak dan yang batil, yang bermanfaat dan yang berbahaya.
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا إِنْ تَتَّقُوْا اللهَ يَجْعَلْ لَكُمْ فُرْقَانًا وَيُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ وَاللهُ ذُو الفَضْلِ العَظِيْمِ (الأنفال: 29)
“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberi kepadamu pembeda antara yang hak dan yang batil dan menghapuskan segala kesalahan-kesalahanmu dan mengampuni dosa-dosamu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar”. (QS. Al Anfal, 8: 29)
Diterima-Nya segala kebajikan
إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللهُ مِنَ المُتَّقِيْنَ (المائدة : 27)
“Sesungguhnya Allah hanya menerima dari orang-orang yang bertaqwa”.
(QS. Al Maidah, 5: 27)
Selamat dari bahaya musuh
وَإِنْ تَصْبِرُوْا وَتَتَّقُوْا لاَيَضُرُّكُمْ شّيْئًا (آل عمران : 120)
“Jika kamu bersabar dan bertaqwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak membahayakanmu”. (QS. Ali Imran, 3: 120)
Rizkinya dilapangkan dan dipermudah
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ القُرَى آمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ (الأعراف: 96)
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri itu beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi”. (QS. Al A’raf, 7: 96)
Selamat dari krisis
وَمَنْ يَتَّقِ اللهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لاَيَحْتَسِبْ (الطلاق: 2-3)
“Dan barangsiapa bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar, dan memberinya rizki dari arah yang tidak disangka-sangka”. (QS. Ath Thalaq, 65: 2-3)
وَمَنْ يَتَّقِ اللهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا (الطلاق:4)
“Dan barangsiapa bertaqwa kepada Allah niscaya Dia menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya”. (QS. Ath Thalaq, 65:4)
Di antara buah taqwa, memperoleh surga yang telah dipersiapkan untuk orang-orang bertaqwa dan selamat dari api neraka yang telah dijanjikan kepada oang-orang kafir.
وَإِنْ مِنْكُمْ إِلاَّ وَارِدُهَا ، كَانَ عَلَى رَبِّكَ حَتْمًا مَقْضِيًّا . ثُمَّ نُنَجِّيْ الَّذِيْنَ اتَّقَوْا (مريم : 71-72)
“Dan tidak ada seorangpun dari padamu melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan. Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertaqwa”. (QS. Maryam, 19: 71-72)
اللَّهُمَّ أَدْخِلْنَا فِيْ زُمْرَةِ المُتَّقِيْنَ بِفَضْلِكَ وَرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
“Ya Allah, masukkanlah kami ke dalam kelompok orang-orang yang betaqwa dengan karunia-Mu dan rahmat-Mu hai Dzat Maha Penyayangnya semua penyayang”.
وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَى خَاتَمِ أَنْبِيَائِهِ وَرُسُلِهِ سَيِّدنَِا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Oleh : KH. AHMAD SJINQITHY DJAMALUDIN
ِبسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ . وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلىَ الْمَبْعُوْثِ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آِلهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ
Malam ini kita telah sampai kepada Kultum Ramadhan Kedua puluh sembilan, sekaligus pada malam Kedua puluh sembilan pula. Semoga Allah senantiasa mengabulkan puasa dan amal ibadah lain kita semua. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan do’a.
Saudara-saudara! Malam ini mari kita ungkap kandungan firman Allah swt:
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوُا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ (البقرة: 183)
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu puasa sebagaimana diwajibkan kepada orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa”. (QS. Al Baqarah, 2: 183)
Tujuan puncak wajib puasa adalah taqwa, sebagaimana disinyalir Allah dalam ayat di atas. Sudah beberapa hari kita berpuasa dalam bulan Ramadhan ini, dan sudah beberapa malam kita melaksanakan Qiyamul Layl selama Ramadhan ini.
Lalu tanyakanlah kepada hati kita masing-masing. Sudah sampaikah kita kepada taqwa tujuan puasa yang difirmankan Allah tadi?
Inilah pertanyaan yang harus dihayati setiap muslim dalam masa-masa akhir Ramadhan ini, agar mengetahui kwalitas dirinya dalam menempuh pendidikan Ramadhan ini. Berhakkah dia menyandang predikat dan ijazah taqwa?! Kalau tidak sukses, gagal dia dan tidak lulus menempuh pendidikan ini.
Sebagai barometer, perlu kita mengetahui taqwa. Apakah taqwa?
Jawabnya: Kata taqwa, pada dasarnya adalah sekat yang dapat menjadi pelindung seorang hamba Allah dari apapun yang ditakuti atau dikhawatiri . Dengan kata lain adalah, suatu sekat penyelamat seorang hamba dari azab dan murka Allah. Hal ini dapat dicapai dengan melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
Batas Minimal Dan Batas Puncak Taqwa.
1. Batas minimal taqwa adalah melaksanakan perintah wajib dan meninggalkan yang haram.
- Umar bin Abdul Aziz ra berkata: Taqwa bukan dengan puasa di siang hari, bukan pula dengan Qiyamul Layl atau dengan melakukan kedua-duanya. Akan tetapi, taqwa itu meninggalkan perkara haram dan melaksanakan perkara wajib. Barangsiapa mendapat anugerah kebaikan lebih dari itu, maka berarti telah mendapatkan kebaikan melimpah.
- Hasan Bashri رحمه الله berkata: Orang bertaqwa adalah orang yang berlindung dari sesuatu yang diharamkan dan melaksanakana sesuatu yang diwajibkan.
- Abu Hurayrah ra pernah ditanya tentang taqwa. Lalu kata Abu Hurayrah ra kepada orang itu: Pernahkah kamu menempuh jalan berduri? Jawab orang itu: Ya. Tanya Abu Hurayrah ra: Lalu, bagaimana tindakanmu? Jawabnya: Apabila aku mendapatkan duri, maka aku menjauh, atau melangkahinya, atau minggir dan menghindarinya. Kata Abu Hurayrah ra: Itulah yang disebut taqwa. Maksud Abu Hurayrah ra: Taqwa adalah menjauhi sesuatu yang diharamkan Allah. Sudah dimaklumi, melaksanakan sesuatu yang diwajibkan Allah berarti menjauhi yang diharamkan-Nya. Karena, tidak melaksanakan sesuatu yang diwajibkan Allah haram hukumnya, sebagaimana menjauhi perkara haram adalah wajib hukumnya.
Puncak taqwa, Allah menjelaskan:
يَاأََيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْ اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ (آل عمران: 102)
“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah sebenar-benar taqwa. Dan janganlah sekali-kali kamu mati, kecuali dalam keadaan beragama Islam”. (QS. Ali Imran, 3: 102)
Ibnu Mas’ud ra dalam tafsirnya berkata: Hendaklah Allah ditaati jangan didurhakai, diingat jangan dilupakan dan disyukuri jangan diingkari.
Ada yang bertanya: Mampukah manusia berbuat demikian?
Allah menjawab maksud ayat itu dalam firman-Nya:
فَاتَّقُوْا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ ( التغابن: 16)
“Dan bertaqwalah kamu kepada Allah menurut kemampuanmu”
(QS. At Taghabun, 64: 16)
Imam Nawawi berkata: Ayat ini merupakan penegas maksud ayat di atas (Ali Imran, 3: 102)
Termasuk batas puncak taqwa, adalah taqwa yang seutuhnya, sebagaimana kata Al Hafizh Ibnu Rajab Al Hanbali رحمه الله, yaitu: Melaksanakan kewajiban dan meninggalkan larangan. Termasuk pula melaksanakan perkara sunnat dan meninggalkan perkara makruh. Itulah puncak derajat taqwa. (pen).
Abud Darda’ ra berkata: Sempurnanya taqwa, seseorang bertaqwa kepada Allah sehingga dalam hal yang sekecil atompun. Kalau diragukan halal atau haram, maka dia tinggalkan karena dikhawatirkan haram (pen).
Ucapan Abud Darda’ ra ini diperkuat hadits Rasulullah saw:
لاَيَبْلُغُ العَبْدُ أَنْ يَكُوْنَ مِنَ المُتَّقِيْنَ حَتَّى يَدَعَ مَالاَبَأْسَ بِهِ حَذَرًا مِمَّا بِهِ بَأْسٌ (رواه الترمذي وابن ماجة والحاكم عن عطية السعدي ، وقال الترمذي: حسن غريب)
“Seorang hamba tidak dapat sampai kepada derajat kaum muttaqin, sehingga dia meninggalkan sesuatu yang dipandangnya boleh-boleh saja, karena khawatir hal itu tidak boleh”.
(HR. Tirmidzi, Ibnu Majah dan Hakim dari Athiyyah As Sa’di. Kata Tirmidzi: Hasan Gharib)
Barangsiapa di dalam masa pendidikan Ramadhan ini mencapai batas minimal derajat taqwa, maka beruntunglah dia dan berarti telah lulus mengikuti jenjang pendidikan Ramadhan. Dan barangsiapa mencapai puncak derajat taqwa, maka sangat beruntunglah dia karena telah mencapai nilai Mumtaz – istemewa- dan kesuksesan yang gemilang dalam menempuh pendidikan Ramadhan ini.
Ciri seorang sukses menempuh pendidikan Ramadhan adalah, setelah Ramadhan orang ini ibadahnya lebih baik dari pada dalam bulan Ramadhan, lebih kuat berpegang kepada hukum Allah, tidak melanggar larangan Allah walau amat mengagumkan, kuat hati dan menahan hawa nafsu. Sebagaimana pula, ciri seseorang yang gagal menempuh pendidikan Ramadhan, setelah Ramadhan dia kembali kepada sifat sebelum Ramadhan, lalai, lengah, bersembalewa, kurang memperhatikan kewajiban syara’ serta suka mendekati dosa dan kejelekan. Orang inilah seperti yang dikatakan Jibril عليه السلام:
مَنْ أَدْرَكَ شَهْرَ رَمَضَانَ فَلَمْ يُغْفَرْ لَهُ فَدَخَلَ النَّارَ فَأَبْعَدَهُ اللهُ. فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: آمِيْنَ (رواه ابن حبان وابن خزيمة في صحيحيهما)
“Barangsiapa mendapatkan Ramadhan, lalu dia tidak diampuni sampai masuk neraka, semoga saja Allah menjauhkan Ramadhan dari padanya. Rasulullah saw mengucapkan: Amien”
(HR. Ibnu Hibban dan Ibnu Khuzaymah dalam Shahih keduanya).
Kepada saudara-saudara yang sukses dalam menempuh pendidikan Ramadhan ini, saya mengucapkan selamat dan berbahagialah mereka, karena mereka dalam kelompok orang-orang bertaqwa. Siapakah orang-orang bertaqwa? Mereka dijelaskan Allah:
Para kekasih yang disayangi dan dicintai Allah.
إِنَّ اللهَ يُحِبُّ المُتَّقِيْنَ (التوبة: 4)
" Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaqw".
(At Taubah, 9: 4)
Mereka disertai Allah
وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ مَعَ المُتَّقِيْنَ (التوبة: 36)
“Ketahuilah bahwa Allah bersama orang-orang bertaqwa”
(QS. At Taubah, 9: 36)
Maksudnya, Allah bersama mereka, dengan bimbingan taufik, hidayah, perlindungan, dan penjagaan-Nya.
Mereka para Awliyaullah (para pembela Allah)
إِنْ أَوْلِيَاؤُهُ إِلاَّ المُتَّقُوْنَ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لاَيَعْلَمُوْنَ (الأنفال: 34)
“Tiadalah para pembela Allah melainkan orang-orang yang bertaqwa. Hanya kebanyakan mereka tidak mengetahui”. (QS. Al Anfal, 8:34)
وَاللهُ وَلِيُّ المُتَّقِيْنَ (الجاثية: 19)
“Allah pelindung orang-orang yang bertaqwa”. (QS. Al Jatsiyah, 45:19)
Orang-orang bertaqwa sukses karena rahmat Allah عز وجل
وَهَذَا كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ مُبَارَكٌ فَاتَّبِعُوْهُ وَاتَّقُوْهُ لَعَلَكُمْ تُرْحَمُوْنَ (الأنعام : 155)
“Dan Al Qur’an ini adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertaqwalah agar kamu diberi rahmat”. (QS. Al An’am, 6: 155)
وَرَحْمَتِيْ وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ فَسَأَكْتُبُهَا لِلَّذِيْنَ يَتَّقُوْنَ وَيُؤْتُوْنَ الزَّكَاةَ وَالَّذِيْنَ هُمْ بِآيَاتِنَا يُؤْمِنُوْنَ (الأعراف: 156)
“Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertaqwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami”. (QS. Al A’raf, 7: 156)
Allah memberi bantuan kepada orang-orang bertaqwa.
بَلَى إِنْ تَصْبِرُوُا وَتَتَّقُوْا وَيَأْتُوْكُمْ مِنْ فَوْرِهِمْ هَذَا يُمْدِدْكُمْ رَبُّكُمْ بِخَمْسَةِ آلاَفٍ مِنَ المَلاَئِكَةِ مُسَوِّمِيْنَ (آل عمران: 125)
“Ya, jika kamu bersabar dan bertaqwa dan mereka datang menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu Malaikat yang memakai tanda”. (QS. Ali Imran, 3: 125)
Di antara buah taqwa, adalah dihapusnya dosa-dosa kejelekan.
وَمَنْ يَتَّقِ اللهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعَظِّمْ لَهُ أَجْراً (الطلاق: 5)
“Dan barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya, dan akan melipatgandakan pahala baginya”. (QS. Ath Thalaq, 65:5)
Dapat membedakan antara yang hak dan yang batil, yang bermanfaat dan yang berbahaya.
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا إِنْ تَتَّقُوْا اللهَ يَجْعَلْ لَكُمْ فُرْقَانًا وَيُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ وَاللهُ ذُو الفَضْلِ العَظِيْمِ (الأنفال: 29)
“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberi kepadamu pembeda antara yang hak dan yang batil dan menghapuskan segala kesalahan-kesalahanmu dan mengampuni dosa-dosamu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar”. (QS. Al Anfal, 8: 29)
Diterima-Nya segala kebajikan
إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللهُ مِنَ المُتَّقِيْنَ (المائدة : 27)
“Sesungguhnya Allah hanya menerima dari orang-orang yang bertaqwa”.
(QS. Al Maidah, 5: 27)
Selamat dari bahaya musuh
وَإِنْ تَصْبِرُوْا وَتَتَّقُوْا لاَيَضُرُّكُمْ شّيْئًا (آل عمران : 120)
“Jika kamu bersabar dan bertaqwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak membahayakanmu”. (QS. Ali Imran, 3: 120)
Rizkinya dilapangkan dan dipermudah
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ القُرَى آمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ (الأعراف: 96)
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri itu beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi”. (QS. Al A’raf, 7: 96)
Selamat dari krisis
وَمَنْ يَتَّقِ اللهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لاَيَحْتَسِبْ (الطلاق: 2-3)
“Dan barangsiapa bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar, dan memberinya rizki dari arah yang tidak disangka-sangka”. (QS. Ath Thalaq, 65: 2-3)
وَمَنْ يَتَّقِ اللهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا (الطلاق:4)
“Dan barangsiapa bertaqwa kepada Allah niscaya Dia menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya”. (QS. Ath Thalaq, 65:4)
Di antara buah taqwa, memperoleh surga yang telah dipersiapkan untuk orang-orang bertaqwa dan selamat dari api neraka yang telah dijanjikan kepada oang-orang kafir.
وَإِنْ مِنْكُمْ إِلاَّ وَارِدُهَا ، كَانَ عَلَى رَبِّكَ حَتْمًا مَقْضِيًّا . ثُمَّ نُنَجِّيْ الَّذِيْنَ اتَّقَوْا (مريم : 71-72)
“Dan tidak ada seorangpun dari padamu melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan. Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertaqwa”. (QS. Maryam, 19: 71-72)
اللَّهُمَّ أَدْخِلْنَا فِيْ زُمْرَةِ المُتَّقِيْنَ بِفَضْلِكَ وَرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
“Ya Allah, masukkanlah kami ke dalam kelompok orang-orang yang betaqwa dengan karunia-Mu dan rahmat-Mu hai Dzat Maha Penyayangnya semua penyayang”.
وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَى خَاتَمِ أَنْبِيَائِهِ وَرُسُلِهِ سَيِّدنَِا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Oleh : KH. AHMAD SJINQITHY DJAMALUDIN
No comments:
Post a Comment