Indonesiaku

Semoga Menjadi Ilmu Yang Barokah..AamiinSemoga Menjadi Ilmu Yang Barokah..Aamiin

Friday, 1 July 2016

KULTUM RAMADHAN MALAM KEDUAPULUH TUJUH

KULTUM MALAM KEDUA PULUH TUJUH

ِبسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ . وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلىَ الْمَبْعُوْثِ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آِلهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ
Malam ini kita telah sampai kepada Kultum Ramadhan Kedua puluh tujuh, sekaligus pada malam Kedua puluh tujuh pula. Semoga Allah senantiasa mengabulkan puasa dan amal ibadah lain kita semua. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan do’a.
Saudara-saudara! Di antara rahmat Allah kepada para hamba-Nya adalah syari’at zakat Fithrah untuk menutupi segala kekurangan di dalam melaksanakan puasa. Baik kekurangan itu disebabkan ucapan atau perbuatan. Sebab, zakat Fithrah penambal kekurangan pahala puasa, sebagaimana sujud sahwi penambal kekurang dalam shalat. Ibnu Abbas ra meriwayatkan hadits, berkata:
فَرَضَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم صَدَقَةَ الفِطْرِ طُهْرَةً لِلصَّائِمِ مِن َاللَّغْوِ وَالرَّفَثِ وَطُعْمَةً لِلْمَسَاكِيْنِ. فَمَنْ أَدَّاهَا قَبْلَ الصَّلاَةِ فَهِيَ زَكَاةٌ مَقْبُوْلَةٌ .وَمَنْ أَدَّاهَا بَعْدَ الصَّلاَةِ فَهِيَ صَدَقَةٌ مِنَ الصَّدَقَاتِ.
(رواه أبو داود وابن ماجة والحاكم وقال: صحيح على شرط البخاري)
“Rasulullah saw telah mewajibkan shadaqah Fithrah, sebagai pembersih dari hal yang tak berguna dan ucapan kotor dan merupakan tunjangan pangan untuk orang-orang miskin. Barangsiapa membayar sebelum shalat (Iedul Fithri), maka shadaqah itu menjadi zakat makbul. Dan siapa membayar sesudah shalat (Iedul Fithri), maka shadaqah itu menjadi shadaqah biasa saja”. 
(HR. Abu Dawud, Ibnu Majah dan Al Hakim. Kata Al Hakim: Shahih atas syarat Bukhari)
Hadits Ibnu Abbas ra menjelaskan hikmah disyari’atkan-Nya zakat Fithrah. Yang paling pokok ada dua sasaran besar, yaitu: 
Sterilisasi puasa dari hal yang tak berguna, dan ucapan kotor.
Tunjangan pangan kepada orang-orang miskin.
Mengingat pahala puasa boleh jadi berkurang akibat tindakan-tindakan yang dapat menekorinya bahkan menyapu habis pahalanya sehingga tidak pantas diterima Allah, maka datanglan zakat Fithrah untuk menutupi kekurangan-kekurangan itu, sehingga dengan karunia Allah puasa itu dapat diterima. Begitulah tegas hadits riwayat Jarir ra, Rasulullah saw bersabda:
صَوْمُ رَمَضَانَ مُعَلَّقٌ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ وَلاَ يُرْفَعُ إِلاَّ بِزَكَاةِ الفِطْرِ 
(رواه أبو حفص بن شاهين في فضائل رمضان وقال: حديث غريب جيد الإسناد)
“Puasa Ramadhan bergantungan antara langit dan bumi, tidak bisa terangkat kecuali dengan zakat Fithrah”.
(HR. Abu Hafsh bin Syahin dalam Fadhail Ramadhan. Dia berkata: Hadits Gharib Jayyidul Isnad).
Pada hikmah kedua berupa tunjangan makanan, adalah merupakan kepedulian Islam kepada orang-orang miskin, agar dapat berbahagia menyongsong Idul Fithri dan dapat bergabung berbahagia bersama orang-orang Islam lainnya. Maka berbahagialah semua umat pada hari Idul Fithri, baik yang kaya maupun yang miskin. Semuanya mampu membuat anak-anak mereka berbahagia berhari raya. Ibnu Umar ra meriwayatkan hadits:
فَرَضَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم زَكَاةَ الفِطْرِ وَقَالَ: أَغْنُوْهُمْ فِيْ هَذَا الْيَوْمِ (رواه الدارقطني والبيهقي) 
“Rasulullah saw telah mewajibkan zakat Fithrah dan bersabda: Cukupilah mereka pada hari ini”.      (HR. Ad Daraquthni dan Bayhaqi)
وفي رواية للبيهقي: أَغْنُوْهُمْ عَنْ طَوَافِ هَذَا اليَوْمِ .
Dalam sebuah riwayat Bayhaqi: “Cukupilah mereka pada hari ini untuk tidak berkeliling meminta-minta”.
Sesuai ittifak ulama’, zakat Fithrah hukumnya wajib. Ibnu Umar ra meriwayatkan hadits:
فَرَضَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه زسلم زَكَاةَ الفِطْرِ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيْرٍ عَلَى العَبْدِ وَالحُرِّ وَالذَّكَرِ وَ الأُنْثَى وَالصَّغِيْرِ وَالكَبِيْرِ مِنَ المُسْلِمِيْنَ وَأَمَرَ بِهَا أََنْ تُؤَدَّى قَبْلَ خُرُوْجِ النَّاسِ إِلَى الصَّلاَةِ (رواه البخاري ومسلم)
“Rasulullah saw telah mewajibkan zakat Fithrah, segantang tamar atau gandum terhadap orang Islam, baik hamba, merdeka, laki-laki, perempuan, kecil maupun besar”.       (HR. Bukhari dan Muslim)
Ibnul Mundzir berkata: Sepengetahuan saya, wajibnya zakat Fithrah, telah menjadi ijma’ atau konsensus Ahlul Ilm.
Kata Ishaq: Hukum wajibnya zakat Fithrah adalah sebagai ijma’ atau konsesnsus Ahlul Ilm. 
Zakat Fithrah wajib kepada setiap muslim yang memiliki kecukupan untuk dimakan, dia dan keluarga-nya, malam dan hari raya Fithrah. Begitulah menurut Jumhur ulama’. Bahkan menurut Malikiyah, dia wajib  mengeluarkan zakat Fithrah, sekalipun kemampuan membayarnya harus dengan jalan berhutang.
Jelasnya, zakat Fithrah wajib kepada mayoritas kaum muslimin, yang mempunyai kecukupan untuk dimakan malam dan siang hari Idul Fithri, walau kecukupan itu diperoleh dari zakat orang lain kepada dia.
Fuqaha’ Hanafiyah berpendapat: Zakat Fithrah hanya wajib bagi orang yang memiliki harta senisab, melebihi kebutuhan pokok dan hutangnya. Ukuran senisab adalah ukuran wajib zakat harta. Nisab perak kurang - lebih seharga enam ratus gramnya. Nisab emas kurang - lebih seharga delapan puluh lima gramnya.
Orang ini wajib mengeluarkan zakat untuk dirinya, isterinya, anak-anaknya walau yang kecil-kecil, dan semua orang yang wajib dinafkahi, seperti ayah ibu yang miskin, atau puteri-puterinya sampai kawin.
Malikiyah dan Hanabilah berpendapat: Orang juga wajib mengeluarkan zakat Fithrah untuk para pelayan dan pembantu yang nafkah mereka dalam tanggungannya. Sebab zakat Fithrah mengikuti nafkah. Ketentuan ini berdasarkan keumuman hadits Ibnu Umar ra:
أَمَرَنَا النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم بِصَدَقَةِ الفِطْرِ: عَنِ الصَّغِيْرِ وَالكَبِيْرِ وَالحُرِّ وَالعَبْدِ مِمَّنْ تَمُوْنُوْنَ (رواه الدارقطني)
“Nabi saw memerintahkan kami mengeluarkan zakat Fithran untuk yang kecil, besar, merdeka dan hamba yang dalam tanggungan nafkah” (HR. Daraquthni)
Bahkan shah pula zakat fithrah berdasarkan keumuman hadits tersebut, andaikan seseorang memberi makan sebulan penuh dalam bulan Ramadhan. Barangsiapa mengeluarkan zakat untuk kerabat yang nafkahnya bukan dalam tanggungannya, maka dia harus minta izin dahulu sebelum zakat itu dikeluarkan. Kalau tidak, maka zakat itu tidak shah. Mustahab, dalam arti tidak wajib zakat dikeluarkan untuk janin yang masih dalam perut ibunya.
Waktu mengeluarkan zakat adalah sehari atau dua hari sebelum hari raya, tidak lebih dari itu, berdasarkan kata Ibnu Umar ra.
Syafi’iyah dan Hanafiyah berpendapat: Boleh zakat Fithrah diberikan sepanjang bulan Ramadhan penuh.
Malikiyah dan Hanabilah bekata: Lebih baik diberikan sehari atau dua hari sebelum hari raya. Sebab hikmah zakat Fithrah, memberi kecukupan kepada kaum fakir miskin pada hari raya. Karena itu, kurang pantas dikeluarkan lebih dari dua hari sebelum hari raya.
Makruh zakat Fithrah dikeluarkan pada hari raya setelah shalat Ied. Dan haram serta berdosa dikeluarkan pada hari kedua.
Zakat Fithrah adalah satu gantang makanan pokok suatu negeri. Seperti gandum, beras, kurma dan lain sebagainya, berdasarkan hadits Abu Sa’id Al Khudri ra:
كُنَّا نُخْرِجُ زَكَاةَ الفِطْرِ إِذْ كَانَ فِيْنَا رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم صَاعًا مِنْ طَعَامٍ أَوْ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ أَوْصَاعًا مِنْ شَعِيْرٍٍ أَوْ صَاعًا مِنْ زَبِيْبٍ أَوْصَاعًا مِنْ أَقِطٍ . فَلاَ أَزَالُ أُخْرِجُهُ كَمَا كُنْتُ أُخْرِجُهُ مَا عِشْتُ  (رواه البخاري ومسلم وغيرهما)
“Kami biasa mengeluarkan zakat Fithrah, ketika Rasulullah saw berada di tengah-tengah kami, yaitu satu gantang makanan, satu gantang tamar, satu gantang gandum, satu gantang kismis atau satu gantang keju”. (HR. Bukhari, Muslim dan lainnya)
Satu gantang sama dengan empat mud. Satu mud (cupak)sama dengan ukuran sepenuh dua telapak tangan orang normal. Satu gantang sama dengan empat kali sepenuh dua telapak tangan ukuran orang normal. Karena itu, berat timbangan satu gantang berbeda-beda, tergantung jenis barangnya. Ukuran ini idealnya adalah TAKARAN. Sedang ukuran timbangan adalah ukuran pengembangan yg hasilnya beragam tergantung jenis barang dan kwalitas serta berat jenisnya.Maka menurut Ulama' Hanafiyah SATU MUD adalah dua kati atau  (1,032 liter) atau (815,39 gr)Menurut TIGA IMAM MADZHAB LAINNYA dengan ukuran takaran sebesar (1 1/3 kati) atau (0,687 liter) atau (543 gr). Maka SATU SHA' (GANTANG) menurut HANAFIYAH: 815,39 gr × 4 mud = 3261.56 gr kalau dibulatkan = 3,5 kg. Sedang menurut TIGA IMAM MADZHAB lainnya adalah: 543 gr × 4 mud = 2172 gr kalau dibulatkan = 2,5 kg. Idealnya, kurang lebih 3,5(tiga setengah) kg seperti menurut Hanafiyah dan minimalnya 2,5 kg seperti menurut Tiga Madzhab lainnya. Bahkan pasti ada pula penemuan lainnya. Wallaahu a'lam. (Mu'jamu Lughatil Fuqahaa' item mud)
Menurut Jumhur ulama’, zakat Fithrah tidak boleh diserahkan dalam bentuk harga, dengan alasan bahwa Rasulullah saw telah memberi batasan jenis barang dan namanya. Maka yang wajib diberikan adalah berupa jenis barang, karena jenis barang itulah menjadi makanan pokok di mayoritas negara Islam termasuk di masa modern ini. Berbeda dengan ulama’ Hanafiyah, mereka membolehkan zakat Fithrah diserahkan dalam bentuk uang seharga zakat Fithrah.(Ibaanatul Ahkaam II hal.325. oleh S. Hasan Sulaiman An Nuri dan S. Alawi Abbas Al Maliki). Hujah mereka adalah hadits Ibnu Umar ra:
أَمَرَ النَّبِيُّ * بِزَكَاةِ الفِطْرِ، صَاعًا مِنْ تَمْرٍأَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيْرٍٍ. قَالَ عَبْدُ اللهِ: فَجَعَلَ النَّاسُ عِدْلَهُ مُدَّيْنِ مِنْ حِنْطَةٍ (رواه البخاري)
“Nabi saw memerintah kami mengeluarkan zakat Fithrah, segantang tamar atau segantang gandum (sya’ir). Kata Abdullah: Lalu orang-orang membayar sebanding ukuran itu dengan gandum terigu (hinthah)”. (HR. Bukhari)
Kata Ath Thahawi: Yang dimaksud dengan orang-orang di dalam hadits ini  adalah para shahabat. Karena itu, cara ini berarti Ijma’ . Tapi Jumhur ulama’ tidak menerima pengertian Ath Thahawi. Alasannya, Umar bin Abdul Aziz menerima zakat Fithrah dengan harga setengah dirham. Wallahu A’lam.
وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَى خَاتَمِ أَنْبِيَائِهِ وَرُسُلِهِ سَيِّدنَِا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

Oleh : KH. AHMAD  SJINQITHY DJAMALUDIN

No comments:

Post a Comment