Indonesiaku

Semoga Menjadi Ilmu Yang Barokah..AamiinSemoga Menjadi Ilmu Yang Barokah..Aamiin

Saturday, 27 February 2016

BISNIS REAL USTOUS COMMUNITY (CV. PRIMA MULTI JAYA)

Ingin belajar bisnis,???
tetapi Anda tidak punya banyak waktu luang karena sibuk bekerja, Tidak memiliki waktu banyak untuk menjual sebuah produk,tak ada waktu untuk mengajak orang,

Pilihan anda membuka link ini sangat tepat,ketika anda membaca artikel ini maka anda mempunyai kesempatan berbisnis , bisnis ini sangatlah mudah untuk dijalankan,tanpa harus jual produk, tanpa harus ngajak orang, kita tinggal duduk manis sambil lalu meengecek keuntungan kita dalam setiap harinya,

Bagaimana caranya :

Anda tinggal kunjungi www.us2us.id ikuti alurnya dengan mengklik Daftar Member setelah itu isi ID Sponsor anda dengan US00009339 (ABDUL KHOLIK)

Setelah anda mendaftar maka anda tinggal memilih sebesar apa kemauan anda untuk mencapai keuntungan yang sebanyak-banyaknya, yaitu dengan cara membeli slot sebagai bukti kita memilik hak usaha dalam perusahaan ini. dengan ketentuan sebagai berikut :

  1. Dengan modal 550.000 (1slot) anda akan mendapatkan keuntungan 5rb/hari atau 150.000/bln
  2. Dengan modal 1.100.000 (2 slot) anda akan mendapatkan keuntungan 10rb/hari atau 300.000/bln
  3. Dengan modal 1.650.000 (3 slot) anda akan mendapatkan keuntungan 15rb/hari atau 450.000/bln
  4. Dengan modal 5.500.000 (10 slot) anda akan mendapatkan keuntungan 50rb/hari atau 1.500.000/bln
  5. Dengan modal 11.000.000 (20 slot) anda akan mendapatkan keuntungan 100rb/hari atau 3.000.000/bulan
  6. Dengan modal 55.000.000 (100 slot) anda akan mendapatkan keuntungan 500rb/hari atau 15.000.000/bulan
jika ini yang anda impikan 
 

Anda tinggal daftar 1 akun dan beli 20 slot/ bermodal 11.000.000 InsyaAllah dalam satu tahun sudah bisa berangkat Umroh/mengumrohkan orang tua...Aamiin 
Informasi :

HP : 085258961392/085749719103
BBM : 5CD9DDE0
FB : azam nurkholik

Saya & teman2 sudah membuktikan !!!

Friday, 5 February 2016

Kata Sifat Perbandingan

Seuntai kalimat pasti saja mengandung kata sifat (adjective) di dalamnya. Kata sifat digunakan untuk menyatakan sifat orang/ benda yang disangkutkan
Contoh: Kain itu halus.
Yang merupakan kata sifat/ adjective adalah Halus. Itu adalah Kata Sifat untuk benda
Kata Sifat Perbandingan merupakan kata sifat yang menyatakan nilai dari 2 atau lebih benda yang diteliti/ dibandingkan satu sama lain.
Aktivitas membandingkan harus diikuti oleh 2 benda atau lebih, tidak bisa menggunakan benda tunggal.
Ada 3 Kategori Kata Sifat Perbandingan
1.Tingkat Perbandingan Ekuatif
Tingkat perbandingan ekuatif adalah tingkat perbandingan yang sama dan setara
Ciri kebahasaannya dibagi menjadi 2, yaitu:
A. Pemakaian Imbuhan se-+ kata sifat
Contoh: Rumah Azam seindah rumah Arif.B. Pemakaian kata sama + kata sifat + -nya, + dengan
Contoh: Nilai raport Arif sama bagusnya dengan nilai raport Azam.
2. Tingkat Perbandingan Komparatif
Tingkat perbandingan komparatif adalah tingkat perbandingan yang salah satu objek perbandingannya lebih nilainya atau kurang nilainya
Ciri kebahasaanya yaitu bentuk lebih/kurang + adjective + daripada
Contoh: Jumlah siswa MTs Al Fattah lebih banyak dari pada jumlah siswa SMAI Al Fattah.
3. Tingkat Perbandingan Superlatif
Tingkat perbandingan Superlatif adalah tingkat perbandingan yang salah satu objeknya tertinggi diantara objek-objek lainnya.
Ciri kebahasaannya: imbuhan ter-/paling + adjective
Contoh: Indonesia adalah negara terbanyak pondok pesantrennya

Thursday, 4 February 2016

Pengertian Pidato, Cara Menulis Pidato, Jenis-Jenis Pidato, Tujuan Pidato, Fungsi Pidato


Pengertian Pidato, Cara Menulis Pidato, Jenis-Jenis Pidato, Tujuan Pidato, Fungsi Pidato - Pidato adalah suatu bentuk komunikasi, pembicara menyampaikan terjadi keterlibatan dari pembicara, pendengar, bunyi, efek, konteks, pesan, dan media yang menyampaikan penyajian kemasan pesan yang dirancang (Suhanding, 2009:28).
Pidato merupakan penyampaian dan penanaman pikiran, informasi, atau gagasan dari  pembicara kepada khalayak ramai. Pidato merupakan suatu kegiatan berbicara di depan khalayak ramai atau berorasi dalam menyatakan pendapatnya, atau memberikan suatu gambaran mengenai suatu hal. Pidato merupakan penyampaian dan penanaman pikiran, informasi, atau gagasan dari  pembicara kepada khalayak ramai.

Pidato yang baik akan dapat memberikan suatu kesan positif bagi orang-orang yang mendengar pidato tersebut. Kemampuan berpidato atau berbicara yang baik di depan publik/umum dapat membantu untuk mencapai jenjang karir yang baik. Unsur yang berhubungan dalam pidato yaitu pembicara, pendengar, dan situasi. Pidato biasanya di sampaiakan dalam acara-acara resmi , seperti peringatan hari bersejarah, perayaan hari besar, atau kegiatan-kegiatan di masyarakat.

Menurut Lagousi (1986:31-37) bahwa tujuan pidato pada umumnya melakukan satu atau beberapa hal berikut ini:
1)    Memengaruhi orang lain agar mau mengikuti kemauan kita dengan suka rela.
2)    Memberi suatu pemahaman atau informasi pada orang lain.
3)    Membuat orang lain senang dengan pidato yang menghibur sehingga orang lain senang dan puas dengan ucapan yang kita sampaikan.

Ciri-ciri pidato yang baik
Hakim (2010:33-38) mengemukakan bahwa pidato yang baik memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1)    Mengandung tujuan yang jelas
2)    Isi pidato mengandung kebenaran
3)    Cara penyampaiannya sesuai dengan kondisi pendengar
4)    Penyampaian jelas dan menarik
5)    Akurasi materi
6)    Kejelasan materi
7)    Relevansi materi
8)    Hindari hidden context


Langkah-langkah menyusun Pidato :
1.    Menetukan topik
       Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika hendak menentukan topik pidato :
a.    Kesesuaian topik dengan latar belakang pengetahuan, wawasan, dan minat
b.    Kesesuaian topik dengan pengetahuan dan minat
c.    Memiliki ruang lingkup  dan pembatasan
d.    Kesesuaian topik dengan waktu dan situasi
e.    Di tunjang dengan bahan lainnya
2.    Mengembang topik menjadi kerangka pidato
Kerangka pidato ini akan membantu memudahkan mengembangkan gagasan  secara runtut dan sistematis .
Pendahuluan

Kerangka Penulisan Pidato
1.    Ucapan terima kasih kepada hadirin
2.    Salam pembuka
        B. Isi
1.    Mengheningkan cipta untuk pahlawan
2.    Pujia-pujian kepada pahlawan
3.    Syukuran kepada Tuhan atas kemerdekaan
4.    Ajakan untuk membina persatuan dan kesatuan bangsa
5.    Ajakan untuk menciptakan iklim yang kondisif, sejuk,, aman, dan damai .
B.    Penutup
1.    Doa kepada Tuhan
2.    Ucapan terima kasih
3.    Salam penutup

Kriteria Berpidato yang Baik :
    1. Bertekad  dan berkeyakinan mampu meyakinkan orang lain rasa percaya diri akan muncul.
    2. Berpengetahuan yang luas dan menguasai materi.
    3. Pembendaharaan kata yang cukup.
    4. berlatih dengan intensif(persiapan dan latihan)

Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Menulis pidato
1.    Menentukan topik dan tujuan pidato  
Topik pembicaraan merupakan persoalan yang dikemukakan. Topik yang akan disampaikan hendaknya. menarik perhatian pembicaraan dan pendengar. Adapun tujuan pembicaraan berhubungan dengan tanggapan yang diharapkan dari para pendengar.

2.    Menganalisis pendengar dan situasi
Menganalisis pendengar dan situasi sangatlah penting dilakukan. Kepada siapa dan dalam situasi apa pidato itu akan disampaikan, perlu anda ketahui agar tujuan pidato tercapai. Hal-hal yang perlu diperhatiakn dalam menganalisiss pendengar adalah sebagai berikut.
a.    Maksud pengunjung mendengarkan uraian pidato
b.    Adat kebiasaan atau tata cara kehidupan pendengar
c.    Tempat cara berlangsung.

3.    Memilih dan penyempitkan topik.
Topik yang telah ditentukan hendaknya dikaji lagi. Jika topik itu terlalu luas, anda dapat menyempitkannya kembali sehingga pembahasan lebih terfokus.

4.    Mengumpulkan bahan
Sebelum menyusun naskah pidato sebaiknya anda mengumpulkan bahan yang diperlukan sesuai dengan topik pembicaran. Bahan-bahan itu dapat diperoleh dari buku, majalah, surat kabar, internet, dan hasil wawancara.

5.   Membuat kerangka uraian
Untuk memudahkan menyusun naskah pidato, anda harus menyusun kerangkanya terlebih dahulu. Kerangka uraian tersebut sebaiknya terperinci dan tersusun bail mulai dari pembuka, isi, sampai tertutup.

6.  Menguraikan secara mendetail.
Anda dapat menguraikan naskah pidato sesuai dengan merujuk pada kerangka karangan karangan yang telah disusun, terdiri atas pembuka, isi dan penutup pidato. Dalam penyusunan naskah hendaknya anda menggunakan kata-kata yang tepat dan efektif sehingga memperjelas uraian.

7.   Melatih dengan suara nyaring
Sebelum membacakan teks pidato , hendaknya kita melakukan latihan terlebih dahulu. Misalnya , latihan suara dan gerak-gerik  yang sesuai. Dengan demikian , kita  akan merasa percaya diri pada saat menyampaikan pidato.


Sumber Dari: http://www.planetxperia.tk/2016/01/pengertian-pidato-cara-menulis-pidato.html#ixzz3zFUjSPK5

Pengertian Pantun, Jenis-Jenis Pantun, Ciri-Ciri Pantun


Pengertian Pantun, Jenis-Jenis Pantun, Ciri-Ciri Pantun,- Pantun adalah bentuk puisi lama yang terdiri atas empat larik, berima silang (a-b-a-b). Larik pertama dan kedua disebut sampiran atau bagian objektif. Biasanya berupa lukisan alam atau hal apa saja yang dapat diambil sebagai kiasan. Larik ketiga dan keempat dinamakan isi atau bagian subjektif. Menurut Surana (2010:31). Pengertian lain R.O. Winsted, seorang pengkaji budaya melayu menyatakan bahwa pantun bukanlah sekadar gubahan kata-kata yang mempunyai rima dan irama, tetapi merupakan rangkaian kata indah untuk menggambarkan kehangatan cinta, kasih sayang, dan rindu dendam penuturnya. Dengan kata lain, pantun mengandung ide kreatif dan kritis serta padat kandungan maknanya. 


Pantun adalah bentuk puisi Indonesia (melayu), tiap bait (kuplet) biasanya terdiri dari empat baris yang bersanjak (a-b-a-b), tiap larik biasanya terdiri atas empat kata, baris pertama dan baris kedua biasanya untuk tumpuan (sampiran) saja sedangkan pada baris ketiga dan keempat merupakan isi; peribahasa sindiran”. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 1016). Semua bentuk pantun terdiri atas dua bagian: sampiran dan isi. Sampiran adalah dua baris pertama, kerap kali berkaitan dengan alam (mencirikan budaya agraris masyarakat pendukungnya), dan biasanya tak punya hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan maksud selain untuk mengantarkan rima/sajak. Dua baris terakhir merupakan isi, yang merupakan tujuan dari pantun tersebut.

Struktur Pantun
Menurut Sutan Takdir Alisjahbana fungsi sampiran terutama menyiapkan rima dan irama untuk mempermudah pendengar memahami isi pantun. Ini dapat dipahami karena pantun merupakan sastra lisan. Meskipun pada umumnya sampiran tak berhubungan dengan isi kadang-kadang bentuk sampiran membayangkan isi. Sebagai contoh dalam pantun di bawah ini:
Air dalam bertambah dalam
Hujan di hulu belum lagi teduh
Hati dendam bertambah dendam
Dendam dahulu belum lagi sembuh
Beberapa sarjana Eropa berusaha mencari aturan dalam pantun maupun puisi lama lainnya. Misalnya satu larik pantun biasanya terdiri atas 4-6 kata dan 8-12 suku kata. Namun aturan ini tak selalu berlaku.

Ciri-Ciri Pantun
Abdul Rani (2006:23) mengatakan bahwa ciri-ciri pantun sebagai berikut:
Terdiri atas empat baris.
Tiap baris terdiri atas 9 sampai 10 suku kata
Dua baris pertama disebut sampiran dan dua baris berikutnya berisi maksud si pemantun. Bagian ini disebut isi pantun.

Syarat-Syarat Pantun
Adapun syarat-syarat membuat pantun sebagai berikut :

a. Satu bait pantun terdiri dari 4 baris
b. Baris ke-1 dan ke-2 adalah sampiran dan baris ke-3 dan ke-4 adalah isi pantun
c. Satu baris pantun terdiri dari 8 - 12 suku kata
d. Pantun bersajak a-b-a-b

Jenis-Jenis Pantun
Menurut Nursisto dalam buku Ikhtisar Kesusastraan Indonesia (2000:11-14) membagi jenis-jenis pantun yakni :
a. Berdasarkan isinya, pantun dibagi menjadi tiga: (1) Pantun kanak-kanak : pantun bersukacita dan pantun berdukacita, (2) Pantun muda : Pantun nasib/dagang dan pantun perhubungan. Pantun perhubungan terbagi lagi menjadi pantun perkenalan, pantun berkasih-kasihan, pantun perceraian, dan pantun beriba hati. Dan (3) Pantun tua : pantun adat, pantun agama, dan pantun nasihat.
b. Berdasarkan banyaknya baris tiap bait dibagi menjadi: (1) Pantun dua seuntai atau pantun kilat, (2) Pantun empat seuntai atau pantun empat serangkum, (3) Pantun enam seuntai atau delapan seuntai, atau pantun enam serangkum, delapan serangkum (talibun). 

Menurut Abdul Rani (2006:23-27) mengklasifikasikan jenis-jenis pantun berdasarkan isinya yaitu :
a. Pantun Anak-Anak, terdiri dari : pantun anak-anak jenaka, pantun anak kedukaan, dan pantun anak teka-teki,
b. Pantun Muda-Mudi, terdiri dari : pantun muda mudi kejenakaan, pantun muda-mudi dagang, pantun muda-mudi cinta kasih, dan pantun muda-mudi ejekan.
c. Pantun Tua, terdiri dari : pantun tua kiasan, pantun tua nasihat, pantun tua adat, pantun tua agama, dan pantun tua dagang

Menurut Effendi (1983:29), membagi pantun menurut jenis dan isinya yakni:
a. Pantun anak-anak, berdasarkan isinya dibedakan menjadi 4: pantun bersukacita, pantun berdukacita, pantun jenaka atau pantun teka-teki
b. Pantun orang muda, berdasarkan isinya dibagi 5 : pantun dagang atau pantun nasib, pantun perkenalan, pantun berkasih-kasihan, pantun perceraian dan pantun beriba hati
c. Pantun orang tua, berdasarkan isinya terbagi 3 : pantun nasihat, pantun adat, dan pantun agama 

Menurut Suroto (1989:44-45), jenis jenis pantun terbagi menjadi dua yaitu:
a. Menurut isinya, terdiri dari : pantun anak-anak (biasanya berisi permainan), pantun muda mudi (biasanya berisi percintaan), pantun orang tua (biasanya berisi nasihat atau petuah), pantun jenaka (biasanya berisi sindiran sebagai bahan kelakar), dan pantun teka-teki
b. Menurut bentuk atau susunannya, terbagi dua yakni 
1. pantun berkait, yaitu pantun yang selalu berkaitan antara bait pertama dengan bait yang kedua, bait kedua dengan bait ketiga dan seterusnya. Adapun susunan kaitannya adalah baris kedua bait pertama menjadi baris pertama pada bait kedua, baris keempat bait pertama dijadikan baris ketiga pada bait kedua dan seterusnya. 
2. Pantun kilat, sering disebut juga karmina, ialah pantun yang terdiri atas dua baris, baris pertama merupakan sampiran sedang baris kedua merupakan isi. Sebenarnya asal mula pantun ini juga terdiri atas empat baris, tetapi karena barisnya pendek-pendek maka seolah-olah kedua baris pertama diucapkan sebagai sebuah kalimat, demikian pula kedua baris yang terakhir.


Sumber Dari: http://www.planetxperia.tk/2014/12/pengertian-pantun-jenis-jenis-pantun.html#ixzz3zFTD8kJd

Cerpen

Cerpen / cerita pendek (short story) adalah jenis karya sastra yang memaparkan kisah atau cerita tentang manusia dan seluk beluknya lewat tulisan pendek.
Unsur (Intrinsik) dalam Cerpen          :
1. Tema
Yaitu gagasan inti. Dalam sebuah cerpen, tema bisa disamakan dengan pondasi sebuah bangunan. Tidaklah mungkin mendirikan sebuah bangunan tanpa pondasi. Dengan kata lain tema adalah sebuah ide pokok, pikiran utama sebuah cerpen; pesan atau amanat. Dasar tolak untuk membentuk rangkaian cerita; dasar tolak untuk bercerita.


Tidak mungkin sebuah cerita tidak mempunyai ide pokok. Yaitu sesuatu yang hendak disampaikan pengarang kepada para pembacanya. Sesuatu itu biasanya adalah masalah kehidupan, komentar pengarang mengenai kehidupan atau pandangan hidup si pengarang dalam menempuh kehidupan luas ini. Pengarang tidak dituntut menjelaskan temanya secara gamblang dan final, tetapi ia bisa saja hanya menyampaikan sebuah masalah kehidupan dan akhirnya terserah pembaca untuk menyikapi dan menyelesaikannya.
Secara tradisional, tema itu bisa dijelaskan dengan kalimat sederhana, seperti: 1. Kejahatan pada akhirnya akan dikalahkan oleh kebaikan. 2. Persahabatan sejati adalah setia dalam suka dan duka. 3. Cinta adalah energi kehidupan, karena itu cinta dapat mengatasi segala kesulitan. Dan lain sebagainya.
Cerpen yang baik dan besar biasanya menyajikan berbagai persoalan yang kompleks. Namun, selalu punya pusat tema, yaitu pokok masalah yang mendominasi masalah lainnya dalam cerita itu. Misalnya cerpen “Salju Kapas Putih” karya Satyagraha Hoerip. Cerpen ini melukiskan pengalaman “aku” di negeri asing dengan baik sekali, tetapi secara tajam cerpen ini menyorot masalah moral. Tokoh “aku” dapat bertahan dari godaan berbuat serong karena pertimbangan moral.
2. Alur atau Plot
Yaitu rangkaian peristiwa yang menggerakkan cerita untuk mencapai efek tertentu. Banyak anggapan keliru mengenai plot. Sementara orang menganggap plot adalah jalan cerita. Dalam pengertian umum, plot adalah suatu permufakatan atau rancangan rahasia guna mencapai tujuan tertentu. Rancangan tentang tujuan itu bukanlah plot, akan tetapi semua aktivitas untuk mencapai yang diinginkan itulah plot.
Atau, secara lebih gamblang plot adalah –menurut Aswendo Atmowiloto- sebab-akibat yang membuat cerita berjalan dengan irama atau gaya dalam menghadirkan ide dasar.
Semua peristiwa yang terjadi di dalam cerita pendek harus berdasarkan hukum sebab-akibat, sehingga plot jelas tidak mengacu pada jalan cerita, tetapi menghubungkan semua peristiwa. Sehingga Jakob Sumardjo dalam Seluk-beluk Cerita Pendek menjelaskan tentang plot dengan mengatakan, “Contoh populer menerangkan arti plot adalah begini: Raja mati. Itu disebut jalan cerita. Tetapi raja mati karena sakit hati, adalah plot.”
Dalam cerpen biasanya digunakan plot ketat artinya bila salah satu kejadian ditiadakan jalan cerita menjadi terganggu dan bisa jadi, tak bisa dipahami. Adapun jenis plot bisa disederhanakan menjadi tiga jenis, yaitu:
  1. Plot keras, jika akhir cerita meledak keras di luar dugaan pembaca. Contohnya: cerpen-cerpen Anton Chekov, pengarang Rusia legendaris, cerpen-cerpenTrisnoyuwono yang terkumpul dalam Laki-laki dan Mesiu, cerpen-cerpenSubagio Sastrowardoyo dalam kumpulannya Kejantanan di Sumbing.
  2. Plot lembut, jika akhir cerita berupa bisikan, tidak mengejutkan pembaca, namun tetap disampaikan dengan mengesan sehingga seperti terus tergiang di telinga pembaca. Contoh, cerpen Seribu Kunang-kunang di Manhattan karyaUmar Kayam, cerpen-cerpen Danarto dalam Godlob, dan hampir semua cerpen Guy de Maupassant, pengarang Perancis menggunakan plot berbisik.
  3. Plot lembut-meledak, atau plot meledak-lembut adalah campuran plot keras dan lembut. Contoh: cerpen Krawang-Bekasi milik Gerson Poyk, cerpen Bulan Mati karya R. Siyaranamual, dan cerpen Putu Wijaya berjudul Topeng bisa dimasukkan di sini.
Adapun jika kita melihat sifatnya, maka ada cerpen dengan plot terbuka, plot tertutup dan cempuran keduanya. Jadi sifat plot ada kalanya:
  1. Terbuka. Jika akhir cerita merangsang pembaca untuk mengembangkan jalan cerita, di samping masalah dasar persoalan.
  2. Tertutup. Akhir cerita tidak merangsang pembaca untuk meneruskan jalan cerita. Contoh Godlobnya Danarto.
  3. Campuran keduanya.
3. Penokohan
Yaitu penciptaan citra tokoh dalam cerita. Tokoh harus tampak hidup dan nyata hingga pembaca merasakan kehadirannya. Dalam cerpen modern, berhasil tidaknya sebuah cerpen ditentukan oleh berhasil tidaknya menciptakan citra, watak dan karakter tokoh tersebut. Penokohan, yang didalamnya ada perwatakkan sangat penting bagi sebuah cerita, bisa dikatakan ia sebagai mata air kekuatan sebuah cerita pendek.
Pada dasarnya sifat tokoh ada dua macam; sifat lahir (rupa, bentuk) dan sifat batin (watak, karakter). Dan sifat tokoh ini bisa diungkapkan dengan berbagai cara, diantaranya melalui:
  1. Tindakan, ucapan dan pikirannya
  2. Tempat tokoh tersebut berada
  3. Benda-benda di sekitar tokoh
  4. Kesan tokoh lain terhadap dirinya
  5. Deskripsi langsung secara naratif oleh pengarang
4. Latar atau Setting
Yaitu segala keterangan mengenai waktu, ruang dan suasana dalam suatu cerita. Pada dasarnya, latar mutlak dibutuhkan untuk menggarap tema dan plot cerita, karena latar harus bersatu dengan teman dan plot untuk menghasilkan cerita pendek yang gempal, padat, dan berkualitas. Kalau latar bisa dipindahkan ke mana saja, berarti latar tidak integral dengan tema dan plot. Cerpen saya, Bayi-bayi Tertawa yang mengambil setting khas Palestina, dengan watak, budaya, emosi, kondisi geografi yang sangat khas Palestina tentu akan menjadi lucu jika settingnya dipindah di Ponorogo. Jelas bahwa setting akan sangat menentukan watak dan karakter tokoh.
5. Sudut Pandangan Tokoh
Diantara elemen yang tidak bisa ditinggalkan dalam membangun cerita pendek adlaah sudah pandangan tokoh yang dibangun sang pengarang. Sudut pandangan tokoh ini merupakan visi pengarang yang dijelmakan ke dalam pandangan tokoh-tokoh bercerita. Jadi sudut pangan ini sangat erat dengan teknik bercerita.
Sudut pandangan ini ada beberapa jenis, tetapi yang umum adalah:
  1. Sudut pandangan orang pertama. Lazim disebut point of view orang pertama. Pengarang menggunakan sudut pandang “aku” atau “saya”. Di sini yang harus diperhatikan adalah pengarang harus netral dengan “aku” dan “saya”nya.
  2. Sudut pandang orang ketiga, biasanya pengarang menggunakan tokoh “ia”, atau “dia”. Atau bisa juga dengan menyebut nama tokohnya; “Aisha”, “Fahri”, dan “Nurul” misalnya.
  3. Sudut pandang campuran, di mana pengarang membaurkan antara pendapat pengarang dan tokoh-tokohnya. Seluruh kejadian dan aktivitas tokoh diberi komentar dan tafsiran, sehingga pembaca mendapat gambaran mengenai tokoh dan kejadian yang diceritakan. Dalam “Sekelumit Nyanyian Sunda” Nasjah Djamin sangat baik menggunakan teknik ini.
  4. Sudut pandangan yang berkuasa. Merupakan teknik yang menggunakan kekuasaan si pengarang untuk menceritakan sesuatu sebagai pencipta. Sudut pandangan yang berkuasa ini membuat cerita sangat informatif. Sudut pandanga ini lebih cocok untuk cerita-cerita bertendens. Para pujangga Balai Pustaka banyak yang menggunakan teknik ini. Jika tidak hati-hati dan piawai sudut pandangan berkuasa akan menjadikan cerpen terasa menggurui.

Struktur isi Cerpen      :
1.      Judul
2.      Pengenalan Tokoh
3.      Komplikasi (Penyebab Konflik)
4.      Konflik
5.      Penyelesaian
6.      Amanat

Ciri ciri Cerpen            :
·                 Bentuk tulisannya singkat, padat, dan lebih pendek daripada novel.
·                  Terdiri  kurang dari 10.000 kata.
·  Sumber cerita dari kehidupan sehari-hari, baik pengalaman sendiri maupun orang lain.
·  Tidak melukiskan seluruh kehidupan pelakunya karena mengangkat masalah tunggal atau sarinya saja.
·  Habis dibaca sekali duduk dan hanya mengisahkan sesuatu yang berarti bagi pelakunya saja.
·  Tokoh-tokohnya dilukiskan mengalami konflik sampai pada penyelesaiannya.
·   Penggunaan kata-katanya sangat ekonomis dan mudah dikenal masyarakat. 
·  Sanggup  meninggalkan  kesan  mendalam  dan  mampu  meninggalkan  efek pada perasaan pembaca.
·  Menceritrakan  satu  kejadian,  dari  terjadinya  perkembangan  jiwa  dan  krisis,tetapi  tidak  sampai    menimbulkan  perubahan  nasib.
·  Beralur tunggal dan lurus.


·  Penokohannya  sangat  sederhana,  singkat,  dan  tidak  mendalam.

Tuesday, 2 February 2016

Pengertian Kata

Pengertian Kata

Kata adalah kumpulan beberapa huruf yang memiliki makna tertentu. Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan suatu perasaan dan pikiran yang dapat dipakai dalam berbahasa. Dari segi bahasa kata diartikan sebagai kombinasi morfem yang dianggap sebagai bagian terkecil dari kalimat. Sedangkan morfem sendiri adalah bagian terkecil dari kata yang memiliki makna dan tidak dapat dibagi lagi ke bentuk yang lebih kecil.

7 Kelas Kata

Kata Benda (Nomina)

Kata benda (nomina) adalah kata-kata yang merujuk pada bentuk suatu benda, bentuk benda itu sendiri dapat bersifat abstrak ataupun konkret.dalam bahasa Indonesia kata benda (nomina) terdiri dari beberapa jenis, sedangkan dari proses pembentukannya kata benda terdiri dari 2 jenis, yaitu :
  1. Kata Benda (Nomina) Dasar: Kata benda dasar atau nomina dasar ialah kata-kata yang yang secara konkret menunjukkan identitas suatu benda, sehingga kata ini sudah tidak bisa lagi diuraikan ke bentuk lainnya. Contoh : buku, meja, kursi, radio, dll.
  2. Kata Benda (Nomina) Turunan: Nomina turunan atau kata benda turunan ialah jenis kata benda yang terbentuk karena proses afiksasi sebuah kata dengan kata atau afiks. Proses pembentukan ini terdiri dari beberapa bentuk, yaitu :
    1. Verba + (-an) contoh: Makanan.
    2. (Pe-) + Verba contoh: Pelukis.
    3. (Pe-) + Adjektiva contoh: Pemarah, Pembohong.
    4. (Per-) + Nomina + (-an) contoh: Perbudakan.

Kata Kerja (Verba)

Kata kerja atau verba adalah jenis kata yang menyatakan suatu perbuatan. Kata kerja dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :
  1. Kata Kerja Transitif: Kata kerja transitif merupakan kata kerja yang selalu diikuti oleh unsur subjek, contoh : membeli, membunuh memotong, dll. Dilihat dari segi bentuknya kata kerja transitif dapat dibagi menjadi 2 bentuk, yaitu: Kata kerja transitif berimbuhan dan kata kerja transitif tak berimbuhan.
  2. Kata Kerja Intransitif: Kata kerja intransitif ialah kata kerja yang tidak memerlukan pelengkap. Seperti kata tidur untuk contoh kalimat berikut: saya tidur, pada kalimat tersebut kata tidur yang berposisi sebagai predikat (P) tidak lagi diminta menerangkan untuk memperjelas kalimatnya, karena kalimat itu sudah jelas.
Di dalam Bahasa Indonesia ada 2 dasar dalam pembentukan verba, yaitu dasar yang tanpa afiks tetapi telah mandiri karena telah memiliki makna, dan bentuk dasar yang berafiks atau turunan. dari bentuk verba ini dapat dibedakan menjadi :
  1. Verba Dasar Bebas: ialah verba yang beruba morfem dasar bebas, misalnya: duduk, makan, mandi, minum, dll.
  2. Verba Turunan: ialah verba yang telah mengalami afiksasi, reduplikasi, gabungan proses atau berupa paduan leksem.
Beberapa bentuk verba turunan :.......................................
  1. Verba berafiks : berbuatterpikirkan, dll.
  2. Verba bereduplikasi : bangun-banguningat-ingat, dll.
  3. Verba berproses gabungan : bernyanyi-nyanyitersenyum-senyum, dll.
  4. Verba majemuk : cuci matacuci tangan, dll.

Kata Sifat (Adjektifa)

Kata sifat ialah kelompok kata yang mampu menjelaskan atau mengubah kata benda atau kata ganti menjadi lebih spesifik. Karena kata sifat mampu menerangkan kuantitas dan kualitas dari kelompok kelas kata benda atau kata ganti.

Ciri-ciri Kata Sifat

  1. Kata sifat terbentuk karena adanya penambahan imbuhan ter- yang mengandung makna paling.
  2. Kata sifat dapat diterangkan atau didahului dengan kata lebihagakpalingsangat & cukup.
  3. Kata sifat juga dapat diperluas dengan proses pembentukan seperti ini : se- + redupliasi (pengulangan kata) + -nya, contoh : sehebat-hebatnyasetinggi-tingginya, dll.

Beberapa Proses Pembentukan Kata Sifat

  1. Kata sifat yang terbentuk dari kata dasar, misalnya: kuat, lemah, rajin, malas, dll.
  2. Kata sifat yang terbentuk dari kata jadian, misalnya: terjelek, terindah, terbodoh, dll.
  3. Kata sifat yang terbentuk dari kata ulang, misalnya: gelap-gulita, pontang-panting, dll:
  4. Kata sifat yang terbentuk dari kata serapan, misalnya: legal, kreatif, dll.
  5. Kata sifat yang terbentuk dari kata atau kelompok kata, misalnya: lapang dada, keras kepala,baik hati, dll.

Kata Ganti (Pronomina)

Kelompok kata ini dipakai untuk menggantikan benda atau sesuatu yang dibendakan. Kelompok kata ini dapat dibedakan menjadi 6 bentuk, yaitu:
  1. Kata Ganti Orang: ialah jenis kata yang menggantikan nomina. Kata ganti orang dapat dibedakan lagi menjadi beberapa bentuk, yaitu:
    1. Kata ganti orang pertama tunggal, misal: aku, saya.
    2. Kata ganti orang pertama jamak, misal: kami, kita.
    3. Kata ganti orang kedua tunggal, misal: kamu, Anda, kau/engkau.
    4. Kata ganti orang kedua jamak, misal: kamu, kalian.
    5. Kata ganti orang ketiga tunggal, misal: dia, ia, beliau.
    6. Kata ganti orang ketiga jamak, misal: mereka.
  2. Kata Ganti Kepemilikan: ialah kata ganti yang dipakai untuk menyatakan kepemilikan, misal: “buku kamu/bukumu”, “buku aku/bukuku”, “buku dia/bukunya”,dsb.
  3. Kata Ganti Penunjuk: ialah kata ganti yang dipakai untuk menunjuk suatu tempat atau benda yang letaknya dekat ataupun jauh, misal: “di sini”, “di sana”, “ini”, “itu”, dsb.
  4. Kata Ganti Penghubung: ialah kata ganti yang digunakan untuk menghubungkan anak kalimat dan induk kalimat kata yang dipakai yaitu: “yang”, “tempat”,”waktu”.
  5. Kata Ganti Tanya: ialah kata ganti yang dipakai untuk meminta informasi mengenai sesuatu hal, kata Tanya yang dimaksud ialah “apa”, “siapa”, “mana”.
  6. Kata Ganti Tak Tentu: ialah kata ganti yang digunakan untuk menunjukkan atau menggantikan suatu benda atau orang yang jumlahnya tak menentu (banyak), misal: masing-masing, sesuatu, para, dsb.

Kata Keterangan (Adverbia)

Kata keterangan adalah jenis kata yang memberikan keterangan pada kata kerja, kata sifat, dan kata bilangan bahkan mampu memberikan keterangan pada seluruh kalimat. Kata keterangan dapat dibagi lagi menjadi beberapa bagian, yaitu:
  1. Kata Keterangan Tempat: ialah jenis kata yang memberikan informasi mengenai suatu lokasi, misal: di sini, di situ, dll.
  2. Kata Keterangan Waktu: ialah jenis keterangan yng menginformasikan berlangsungnya sesuatu dalam waktu tertentu, misal: sekarang, nanti, lusa, dll
  3. Kata Keterangan Alat: ialah jenis kata yang menjelaskan dengan cara apa sesuatu itu dilakukan ataupun berlangsung, misal: “dengan tongkat”, “dengan motor”, dll.
  4. Kata Keterangan Syarat: ialah kata keterangan yang dapat menerangkan terjadinya suatu proses dengan adanya syarat-syarat tertentu, misal: jikalau, seandainya, dll.
  5. Kata Keterangan Sebab: ialah jenis kata yang memberikan keterangan mengapa sesuatu itu dapat terjadi, misal; sebab, karena, dsb.

Kata Bilangan (Numeralia)

Kata bilangan ialah jenis kelompok kata yang menyatakan jumlah, kumpulan, urutan sesuatu yang dibendakan. Kata bilangan juga dibedakan menjadi beberapa bagian, yaitu:
  1. Kata bilangan tentu, contoh: satu, dua, tiga, dst.
  2. Kata bilangan tak tentu, contoh: semua, beberapa, seluruh, dll.
  3. Kata bilangan pisahan, contoh: setiap, masing-masing, tiap-tiap.
  4. Kata bilangan himpunan, contoh: berpuluh-puluh, berjuta-juta.
  5. Kata bilangan pecahan, contoh: separuh setengah, sebagian, dll.
  6. Kata bilangan ordinal/giliran, contoh: pertama, kedua, ketiga, dst.

Kata Tugas

Kata tugas ialah kata yang memiliki arti gramatikal dan tidak memiliki arti leksikal. Kata tugas juga memiliki fungsi sebagai perubah kalimat yang minim hingga menjadi kalimat transformasi. Dari segi bentuk umumnya, kata-kata tugas sukar mengalami perubahan bentuk. Kata-kata seperti : dengantelahdantetapi dan sebagainya tidak bisa mengalami perubahan. Tapi, ada sebagian yang bisa mengalami perubahan golongan kata ini jumlahnya sangat terbatas, misalnya: tidaksudah kedua kata itu dapat mengalami perubahan menjadi menidakkan & menyudahkan.

Ciri-ciri Kata Tugas

Ciri dari kata tugas ialah bahwa hampir semuanya tidak dapat menjadi dasar untuk membentuk kata lain. Jika verba datang dapat diturunkan menjadi mendatangimendatangkankedatangan. Bentuk-bentuk seperti menyebabkan dan menyampaikan tidak diturunkan dari kata tugas sebab & sampai tetapi dari nomina sebab dan verba sampai yang membentuknya sama tapi kategorinya berbeda.

Jenis-jenis Kata Tugas

  • Preposisi (kata depan): ialah jenis kata yang terdapat di depan nomina (kata benda), misalnya : dari, ke & di. Ketiga kata depan ini dipakai untuk merangkaikan kata-kata yang menyatakan tempat atau sesuatu yang dianggap tempat. Contoh : Di Jakarta, di rumah, ke pasar, dari kantor.
  • Konjungsi (kata sambung): ialah jenis kata yang dapat menggabungkan 2 satuan bahasa yang sederajat, misalnya : dan, atau & serta. Jenis kata tugas yang mampu menghubungkan kata dengan kata, frasa dengan frasa, atau klausa dengan klausa. Konjungsi (kata sambung) dapat dibagi menjadi 4, yaitu:
  1. Konjungsi Koordinatif: yaitu konjungsi yang menghubungkan 2 unsur atau lebih yang sama pentingnya, atau memiliki status yang sama contoh: danatau & serta.
  2. Konjungsi korelatif: yaitu konjungsi yang menghubungkan 2 kata, frasa atau klausa yang memiliki status sintaksis yang sama. Konjungsi korelatif rerdiri atas dua bagian yang dipisahkan oleh satu frasa, kata atau klausa yang dihubungkan oleh : baik .... maupun, tidak .... tetapi.
  3. Konjungsi Antarkalimat: yaitu konjungsi yang menghubungkan satu kalimat dengan kalimat yang lainnya. Konjungsi jenis ini selalu membuat kalimat baru, tentu saja dengan huruf kapital di awal kalimat. Contoh : Biapun begitu, akan tetapi ....
  4. Konjungsi Subordinatif: yaitu konjungsi yang menghubungkan 2 klausa atau lebih dan klausa itu merupakan anak kalimat. Konjungsi ini terbagi lagi menjadi 12 kelompok, yaitu:
    1. Konjungsi subordinatif waktu : sejak, semenjak, sedari, sewaktu.
    2. Konjungsi subordinatif syarat : jika, jikalau, bila, kalau.
    3. Konjungsi subordinatif pengandaian : seandainya, seumpama.
    4. Konjungsi subordinatif konsesif : biarpun, sekalipun.
    5. Konjungsi subordinatif pembandingan : seakan-akan, seperti.
    6. Konjungsi subordinatif sebab : sebab, karena, oleh sebab.
    7. Konjungsi subordinatif hasil : sehingga, sampai.
    8. Konjungsi subordinatif alat : dengan, tanpa.
    9. Konjungsi subordinatif cara : dengan, tanpa.
    10. Konjungsi subordinatif komplementasi : bahwa.
    11. Konjungsi subodinatif atribut : yang
    12. Konjungsi subordinatif perbandingan : sama ... dengan, lebih ... dari.
  • Artikula (kata sandang): ialah jenis kata yang mendampingi kata benda atau yang membatasi makna jumlah orang atau benda. Kata sandang tidak mengandung suatu arti tapi memiliki fungsi. Fungsi kata sandang sendiri ialah untuk menentukan kata benda, mensubstansikan suatu kata yang besaryang jangkung, dan lain-lain. Kata-kata sandang umum yang terdapat dalam Bahasa Indonesia ialah yangitu-nyasisanghangdang. Kata-kata sandang seperti sanghangdang banyak ditemui dalam kesusastraan lama, sekarang sudah tidak terpakai lagi terkecuali kata sandang sang. Kata sandang sang terkadang masih dipergunakan untuk mengagungkan atau untuk menyatakan ejekan maupun ironi. Dalam Bahasa Indonesia terdapat beberapa kelompok artikula, yaitu:
  1. Artikula yang bersifat gelar ialah artikula yang bertalian dengan orang yang dianggap bermartabat. Berikut ini jenis artikula yang bersifat gelar : sang, hang, dang, sri.
  2. Artikula yang mengacu ke makna kelompok / makna korelatif ialah kata para. Karena artikula ini bermakna ketaktunggalan, maka nomina yang diiringinya tidak dinyatakan dalam bentuk kata ulang. Jadi, untuk menyatakan kelompok guru sebagai kesatuan bentuk yang dipakai ialah para guru bukan para guru-guru.
  3. Artikula yang menominalkan. Artikula si yang menominalkan dapat mengacu ke makna tunggal atau genetik, tergantung pada konteks kalimat.
  • Interjeksi (kata seru): ialah kata yang mengungungkapkan perasaan. Macam-macam kata seru yang masih dipakai hingga sekarang ialah :
  1. Kata seru asli, yaitu : ah, wah, yah, hai, o, oh, nah, dll.
  2. Kata seru yang berasal dari kata-kata biasa, artinya kata seru yang berasal dari kata-kata benda atau kata-kata lain yang digunakan, contoh : celaka, masa', kasihan, dll.
  3. kata seru yang berasal dari beberapa ungkapan, baik yang berasal dari ungkapan Indonesia maupun yang berasal dari ungkapan asing, yaitu : ya ampun, demi Allah, Insya Allah, dll.
  • Partikel Penegas: ialah kategori yang meliputi kata yang tidak tunduk pada perubahan bentuk dan hanya berfungsi menampilkan unsur yang diiringinya. Ada empat macam partikel penegas, yaitu: -lah-kah-tah & pun.